Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koleksi Manuskrip di Museum Sonobudoyo, Bukti Literasi Sudah Tinggi

30 Oktober 2018   20:37 Diperbarui: 31 Oktober 2018   20:23 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mendengar istilah museum pertama yang terbersit dalam pikiran adalah benda-benda/koleksi kuno (out of date). Pikiran ini tidak salah, karena yang disimpan di museum bila ditinjau dari segi usia, sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Namun dibalik usia yang sudah "sangat tua" itu tersimpan informasi yang menunjukkan tingkat peradaban, budaya, sekaligus bukti tingkat literasi pada masa itu. Jadi semakin tua justru semakin asyik untuk dikaji informasinya, jangan sekedar dilihat dari bentuk secara fisiknya harus hati-hati untuk memperlakukan (membawa, menyimpan, membuka/menutup lembaran demi lembaran, menaruh dimeja baca perlu alas lunak seperti bantal).

Museum menurut KBBI mempunyai arti:"gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, tempat menyimpan barang kuno". Jadi memang benar museum itu sebagai tempat untuk pameran dan menyimpan barang-barang kuno, yang mengandung nilai sejarah dan peradaban. Artinya barang kuno itu mempunyai nilai sejarah, sebagai warisan untuk diketahui dan dipahami generasi milenial. Benda-benda bersejarah tersebut berdasarkan hasil kajian para ahli, dapat menjadi sumber referensi untuk mengetahui sejarah, budaya, peradaban. Selain itu adat-istiadat, sistem kekeluargaan, hukum, politik, aneka makanan, permainan anak-anak, peralatan rumah tangga, alat tukar jual beli yang digunakan pada masa itu.  

Museum Sonobudoyo sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah, awalnya  dari  Yayasan Java Institut yang berdiri tahun 1919 di Surakarta, sebagai yayasan di bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Kemudian tahun 1924 mendirikan museum di Yogyakarta yang bernama Sonobudoyo, lokasi di Jl. Trikora No.6 Yogyakarta, dan unit II di Ndalem Condrokiranan Wijilan Yogyakarta. Museum ini juga terbuka untuk umum, Selasa - Kamis pukul 08.00 - 15.30, Jum'at 08.00 - 14.00, Sabtu dan Minggu 08.00 - 15.30. Senin dan hari besar nasional tutup. Pagelaran wayang Senin - Sabtu 20.000 - 22.000 Wib. Harga tiket sangat terjangkau dewasa Rp 3.000,- anak-anak Rp 2.500,- rombongan dewasa Rp 2.500,- rombingan anak-anak Rp 2.000,-. Wisatawan asing Rp 20.000,- dan menonton pagelaran wayang Rp 20.000,-

Museum Sonobudoyo buka pada hari Sabtu dan Minggu, untuk memberi kesempatan keluarga Indonesia meluangkan waktunya untuk berkunjung ke , agar generasi milenial mengenal museum dan koleksinya sejak dini. Namun kenyataannya tingkat kunjungan ke museum masih rendah. Kalaupun ada lebih banyak pelajar dan/atau mahasiswa jurusan sejarah, sastra Nusantara/Jawa atau peneliti untuk mencari referensi sebagai bahan karya tulis. Suasana museum yang sepi, senyap, sunyi, nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan. Apalagi di Museum Sonobudoyo Unit II, lokasinya di gang diantara rumah penduduk,  kurang strategis. Akibatnya cukup kesulitan untuk menuju lokasi,  walaupun ada "google map".

Namun ketika sudah ketemu dan masuk area museum disambut dengan ramah oleh petugas  di depan kantor, yang bersedia mengantarkan ke ruangan mas Fajar Wijanarko, SS pengelola Filologi. Kesenyapan segera berubah setelah mas Fajar dengan ramah, familiar memberi penjelasan tentang manuskrip sebagai salah satu koleksi museum. Sudah sering mendengar istilah manuskrip, tetapi baru melihat dengan mata kepala sendiri ketika berkunjung di museum Sonobudoyo unit II, bersama dengan sebagian kecil komunitas KJOG. Sebagai orang awam mendengar penjelasan dari mas Fajar tentang manuskrip, sungguh sangat membuka wawasan dan pengetahuan yang  berbeda. Semakin merasakan "masih sedikit" wawasan dan ilmu pengetahuan yang sangat beragam.

Tersimpannya koleksi manuskrip di museum Sonobudoyo dan museum yang tersebar di Indonesia, membuktikan tingkat literasi  yang tinggi khususnya dikalangan para bangsawan. Manuskrip berjudul "Ambiya" yang berisi kisah 100 nabi menjadi bukti bahwa pada era Sri Sultan HB V sudah ada budaya menulis dalam manuskrip yang dijilid dengan sampul kulit kerbau. Media tulisnya kertas Eropa dengan watermark (cap kertas) sebagai penanda periode penulisan, kalau diterawang dengan sinar ada tanda yang dapat menunjukkan kapan manuskrip itu ditulis. Jumlah halamannya 1267, sebagai naskah dengan "iluminasi", naskah-naskah yang dihiasi dengan sepuhan emas atau perak. Naskah manuskrip itu menggunakan aksara Jawa, dengan tulisan tangan yang bagus dan halus. Membayangkan untuk menulis naskah manuskrip itu perlu ketenangan jiwa dan konsentrasi yang tinggi. Naskah manuskrip tersebut mengandung ilmu pengetahuan agama, yang perlu dilestarikan.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi naskah manuskrip yang naskah asli sudah digitalisasi. Sayang alat untuk mendigilisasi yang berasal dari Leipzig Jerman mengalami kerusakan yang tidak bisa dipakai lagi. Kondisi jilidan naskah asli masih bagus, tetapi perlu diperlakukan dengan hati-hati baik untuk membuka lembaran ,maupun penyimpanan diruangan ber AC  dengan suhu ideal 18 - 20 derajad celsius. Akan lebih baik lagi kalau naskah tersebut dialih bahasakan dengan bahasa Indonesia, agar isinya dapat diketahui oleh masyarakat. Sayang orang-orang yang ahli manuskrip di Indonesia ini masih langka. Buktinya minat untuk masuk ke jurusan sastra nusantara kurang dilirik para lulusan SMA, karena calon mahasiswa lebih memilih jurusan yang bergengsi seperti teknologi informasi.  

Yogyakarta, 30 Oktober 2018 Pukul 20.27

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun