Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sekelumit Cerita Saat "Berburu" Tabloid Bola

19 Oktober 2018   09:36 Diperbarui: 19 Oktober 2018   13:36 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermain sepak bola bagi anak-anak pada tahun 1990 an waktu itu menjadi permainan favorit yang sangat menghibur, selain main layang-layang, kelereng, mengingat belum ada gadget kecuali televisi. Artinya waktu itu anak-anak masih dapat beraktivitas fisik, bersosialisasi, bermain secara tim, membangun pertemanan, dan kesetiakawanan. Tidak seperti saat ini generasi Z dan Alpha, kurang olah raga, dan bersosialisasi untuk bermain dalam tim seperti sepak bola. Mereka lebih asyik duduk manis memainkan jemarinya di keyboard gadget dengan mata berkaca mata memandang layar gadget sambil terus merunduk, cuek dengan lingkungan.  Tidak berlebihan bila generasi Z dan Alpha menyebut sebagai generasi "merunduk".

Kesukaan bermain bola , anak pertama saya sampai bercita-cita menjadi pemain sepak bola dan les di klub yunior PSIM. Sebagai orang tua pada umumnya tentu hanya memberi ijin untuk  menyukai bola, tetapi kurang setuju untuk menjadikan sebagai masa depannya, ketika akan sekolah sepak bola.  Begitu senangnya bermain bola yang tidak saja di lapangan Komplek Perumahan bersama teman sebayanya, tetapi juga di rumah, karena sekolahnya "full day". Akibatnya sering terjadi, kaca piala, hiasan dari piring pecah kena bola, adalah hal biasa. Hoby bermain bola sampai berlanjut ketika SMP yang berhasil membawa kesebelasannya menjadi juara antar sekolah.

Hoby bermain bola ini diikuti dengan literasi masalah persepakbolaan, sehingga setiap hari Jum'at  anak saya titip dibelikan "Tabloid Bola", walaupun di rumah sudah berlangganan harian Kompas , dan harian Kedaulatan Rakyat. Membeli tabloid Bola dengan eceran di kios koran di Bunderan UGM (saat ini sudah tidak boleh untuk jualan), dengan harga Rp 1.500,-. Namun bila sudah habis di kios koran yang mangkal  di Jalan Timoho, jalan Perintis Kemerdekaan, atau jalan Miliran. Bila di tempat itupun habis memburu sampai di kios koran Kantor Pos Besar Yogyakarta. Pokoknya setiap hari Jum'at  ketika pulang kantor harus membawa tabloid Bola, agar tidak mengecewakan anak yang sudah menunggu beritanya.

Memburu tabloid Bola sungguh penuh dengan harapan, karena sudah membayangkan kecerian anak pertama khususnya ketika dibawakan tabloid Bola. Walaupun saya tidak pernah membacanya karena kurang minat dengan sepak bola. Sering memberi eceran tablod Bola, dapat menjalin komunikasi yang baik dengan pemilik kios koran, tidak jarang sambil memberi minuman sambil mendengarkan pengalaman perjuangan hidupnya, yang memunculkan rasa syukur atas segala karuniaNya.  Akhirnya menjadi langganan sebagai pembeli eceran tabloid Bola, sampai hafal benar, baru memarkir kendaraan diseberang jalanpun sudah disodori tabloid Bola, bila masih tersedia. Namun kalau sudah habis, dengan santun meminta maaf karena tabloid Bola hanya dikirim beberpa eksemplar.

Pernah sudah keliling di berbagai kios koran langganan sudah habis semua, karena banyak yang membeli eceran, sehingga pulang dengan hampa dan penyesalan mendalam karena kurang pagi membelinya. Sungguh bagi orang tua dapat membelikan kesenangan anaknya adalah sesuatu banget, sepanjang itu mempunyai manfaat positif. Sejak saat itu akhirnya diputuskan untuk berlangganan bersama Kompas dan KR. Inilah salah satu cara untuk menumbuhkan budaya membaca bagi anak-anak. Memang harus berkorban perlu mengeluarkan biaya untuk  membayar langganan koran dan tabloid kesukaan anak. "Jer Basuki Mowo Beo", artinya semua keberhasilan membutuhkan pengorbanan (biaya).

Setelah SMA seiring dengan kegiatan sekolah yang padat, akhirnya langganan tabloid Bola dihentikan, namun tidak untuk harian Kompas dan KR sampai saat ini, karena harga langganan Kompas dengan harga khusus Rp 60.000,-, dan KR  Rp 65.000,- per bulan. Walaupun di era digital ini bagi generasi milenial membaca harian cetak sudah jarang dilakukan karena dapat membaca yang versi digitalnya. Namun bagi saya pribadi harian cetak mempunyai kelebihan, ketika membuka lembaran yang masih lengket dan membau kertas koran itu yang menimbulkan rasa penasaran untuk segera mengetahui informasi yang dimuat.

Tabloid Bola yang akan berakhir bulan ini ( 24 Oktober 2018) , mampu membuka kenangan 25 tahun yang lalu sangat membekas di sanubari. Diakui media apapun, di era digital ini dengan pangsa pasar generasi milenial mulai mengalami penurunan oplah bila tidak menyesuaikan. Termasuk kalangan penerbit yang mengalihkan usahanya dan toko buku yang mulai sepi peminat. Juga penyewaan buku komik sudah lama "tenggelam" dalam pusaran digital dan era desrupsi 4.0. Namun demikian media yang dapat berinovasi berdiri di dua kaki (cetak dan digital), masih bisa bertahan karena dapat menyesuaikan pangsa pasar. Majalah "Time", termasuk yang dinaungi seperti Fortune, Sport Illustrated, dan People asal  Amerika Serikat pun per 1 Februari 2018 telah diakuisisi oleh Meredith Corp. Jadi kalau tabloid Bola sudah bertahan sampai tahun ini adalah luar biasa, walaupun ikut prihatin.

Yogyakarta, 19 Oktober 2018 Pukul 09.42

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun