Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Momentum Kemerdekaan bagi Profesi Pustakawan

17 Agustus 2018   08:41 Diperbarui: 17 Agustus 2018   09:16 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tanggal 17 Agustus mempunyai kesan yang dapat menggetarkan sanubari yang palling dalam. Betapa tidak, pernah menjadi bagian dari para undangan untuk mengikuti acara detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka itu adalah "sesuatu" yang membanggakan. Bagi orang lain mungkin biasa saja, namun tidak bagi orang yang mempunyai profesi pustakawan. 

Meniti karier sebagai pustakawan adalah pilihan hidup, yang dalam perjalanannya penuh dengan perjuangan dan air mata. Untuk mendapatkan undangan pun diawali dengan mengikuti kompetisi dari daerah, dengan peserta dari berbagai instansi dan menjalani serangkaian tes tertulis, wawancara, membuat makalah yang dipresentasikan di depan dewan yuri dan peserta seminar. 

Lolos seleksi dengan rangking pertama, pamit Gubernur sebagai duta daerah propinsi menuju ibukota Jakarta, melangkah dengan penuh rasa syukur.

Di Jakarta oleh Perpustakaan Nasional sebagai penyelenggara, para duta daerah itu ditandingkan dengan peserta dari perwakilan propinsi di Indonesia, dengan menjalani tes tertulis dan wawancara. 

Para pustakawan dari perwakilan propinsi ini mendapat undangan mengikuti upacara detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka. Sehari sebelumnya dengan sistem undian ada perwakilan pustakawan propinsi yang mendapat kesempatan mengikuti sidang Paripurna DPR dengan acara tunggal pidato kenegaraan Presiden RI. 

Waktu itu yang berangkat ke Senayan perwakilan dari Jawa Barat, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Pontianak, Lampung, Aceh, dan Sulawesi Tengah. Pengalaman yang tidak pernah terlupakan dan membanggakan ketika disebut Pustakawan "teladan" oleh Presiden dalam sidang Paripurna DPR.

Mengikuti upacara 17 an di Istana Merdeka bagi profesi pustakawan sebagai apresiasi pemerintah agar para pustakawan di Indonesia memberikan yang terbaik dalam pelayanan dan pengelolaan perpustakaan. 

Apresiasi ini sekaligus sebagai pengakuan bahwa profesi pustakawan sejajar dengan profesi lain (guru, dosen, dokter, perawat, bidan, laboran, akuntan). Artinya, diakui atau tidak pustakawan mempunyai andil dalam mengisi kemerdekaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 

Walaupun sering instansi dimana pustakawan berada tidak pernah memperdulikan pengembangan karier profesi pustakawan, karena "dianggap" kurang memberikan kontribusi yang langsung dapat dirasakan. 

Diakui kontribusi pustakawan memang termasuk "intangibel" (tidak kasat mata) yang tidak dapat dilihat wujud dan warnanya, namun dapat dirasakan dan dinikmati.

Di lingkungan pendidikan (perguruan tinggi dan sekolah mulai PAUD sampai SMA), dan instansi pemerintah, profesi pustakawan selalu di barisan paling belakang diakui keberadaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun