Hingar bingar lulus ujian skripsi dan wisuda S1 dengan ucapan selamat dari teman-teman seperjuangan dengan kenangan seikat bunga, menyisakan sebersit kegundahan dan pertanyaan dalam hati apa yang akan dilakukan setelah wisuda usai. Lulus S1 bukan berarti perjuangan telah selesai, ketika wisuda dan menerima ijazah dengan baju toga, topi kucir, pin, lengkap selempang identitas fakultas ditambah selempang "cum laude" bagi yang lulus dengan pujian.Â
Justru saat wisuda telah lepas status mahasiswa, berpinah ke status pencari kerja, atau calon mahasiswa S2, bahkan menikah. Ketika gelar disandang, pada saat itulah ada tanggung jawab yang besar untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki dan membawa nama baik almamaternya.
Bagi yang langsung kerja begitu lulus S1, karena ada perusahaan, BUMN, yang lebih senang menerima pegawai "fresh graduate", perlu membekali diri dengan nilai plus prestasi, kompetensi, pengalaman berorganisasi ketika kuliah.Â
Semua itu dapat dilihat dalam  curriculum vitae/CV"(daftar riwayat). Daftar riwayat hidup sebagai dokumen yang memberikan gambaran mengenai pengalaman/kualifikasi seseorang. CV ini tidak bisa direkayasa, namun berdasarkan kejujuran yang dibuktikan dengan piagam yang dimiliki, yang disusun rapi secara kronologis berdasarkan tahun dan bulan.
Selain itu ketika wawancara, ada pertanyaan rencana yang akan dilakukan dengan bekal ilmunya untuk berkontribusi dalam organisasi. Strategi wawancara dan membuat CV, biasanya diberikan oleh Fakultas yang mempunyai kepedulian lulusannya, dengan mendatangkan nara sumber para praktisi.Â
Hal ini dilakukan oleh Fakultas/Departemen karena mempunyai kepentingan ketika akreditasi para lulusan yang cepat terserap masuk dunia kerja, mempunyai kontribusi untuk menaikkan akreditasi yang dinilai secara nasional (BAN-PT) maupun internasional (AUN). Biasanya ada syarat lulusan dari Perguruan Tinggi terakreditasi minimum B (baik institusi, fakultas, maupun departemen/jurusan/progran studi).
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, untuk mengetahui "track record"Â seorang pelamar saat ini juga ditelusur melalui media sosial.Â
Artinya walaupun diatas kertas, secara intelektual baik, apabila di media sosial berlaku dan berkata tidak sopan dalam menanggapi status, posting gambar, video, instagram. Bila ada yang bertentangan dengan norma, kesusilaan, etika, budaya, mencela, melakukan provokasi, melukai orang/binatang, memakai narkoba, alkohol pasti di coret dari daftar pelamar.Â
Diatas kertas lolos, karena prestasi akademiknya bagus. Namun untuk dapat diterima ada faktor kecerdasan emosi dan spiritual, jadi selain "hard skill" juga "soft skill", yang diperoleh dari lingkungan sosial yang baik dan mendukung.
Lulusan S1 yang akan melanjutkan kuliah S2, perlu dipikirkan biaya kuliah sumbernya dari mana (beasiswa LPDP, orang tua, mandiri), supaya tidak menganggu konsentrasi belajar. Saat inipun kelulusan S2 dibatasi maksimum 3 (tiga) tahun harus sudah lulus.Â
Tidak kalah penting mempersiapkan nilai Toefl minimum 450 dan nilai Tes Potensi Akademik (TPA) minimum 500. Walapun masuk menjadi mahasiswa S2 lebih mudah dibanding mahasiswa S1, namun tetap harus mempersiapkan dan belajar dengan keras. Apalagi asal S1 tiap perguruan tinggi berbeda cara dan budaya proses belajar mengajar, sehingga perlu ada "bimbingan"/orientasi/menyesuaian iklim sebelum kuliah dimulai.Â