Kepadatan lalulintas di jalan raya sudah sangat terasa, semua kendaraan memadati ruas-ruas jalan yang bermuara ke pasar tradisional, mall, supermarket. Tujuan utama untuk membeli keperluan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Pemandangan kesibukan, keramaian, kemacetan di pasar tumpah di pasar menjadi pemandangan rutin yang terulang setiap tahun. Bahu jalan untuk membuka lapak sayuran, dan parkir kendaraan roda dua sampai 3 (tiga) lajur. Suasana berbeda nampak menyolok  menjelang lebaran, ada pemandangan khusus yaitu penjual "selonsong" ketupat lebaran.
Selonsong ketupat adalah bentuk ketupat yang belum ada isinya, terbuat dari janur muda yang berwarna kuning. Para penjual selonsong ketupat berasal dari daerah Pajangan, Dlingo  Bantul, Temon Kulon Progo yang menjajakan dagangannya sejak H-2, sebagai pedagang musiman  menjelang hari Raya Idul Fitri.
Barang dagangan digelar di alas bagor plastik di trotoar, emperan toko, dan pojok-pojok pasar tradisional. Penjual jasa membuat selongsong ketupat ini muncul, seiring dengan perkembangan zaman karena kesibukan para ibu yang tidak mempunyai waktu untuk membuat selongsong ketupat, atau tidak membuatnya. Membuat selongsong ketupat ini pada perlu keterampilan mengayam. Kalau era 1970 an keterampilan ini diajarkan oleh guru kelas yang mengajar di SD.
Harga selongsong ketupat sebesar Rp 7.000,- per ikat yang berisi 10 selongsong. Nyaris tidak pernah mengalami perubahan, karena bahan baku tinggal mengambil di kebun kelapa. Harga yang sangat murah, per selongsong seharga Rp 700,-, bila dibandingkan membuat sendiri bagi yang mempunyai keterampilan membuat. Kalau membeli janur yang masih utuh belum dibuat selongsong sebesar Rp 3.000,- per 10 janur.
Jadi jasa membuat selongsong ketupat Rp 4.000,- per ikat isi 10 janur. Padahal untuk membuat 1 (satu) selongsong ketupat membutuhkan waktu 3 menit. Berarti untuk membuat 10 selongsong ketupat memerlukan waktu 30 menit, bisa dibayangkan membuatnya 50 selonsong, harus menyediakan waktu 150 menit atau 2 jam 30 menit.
Walau dapat membuat selongsong ketupat, mengingat waktunya sangat padat biasanya para ibu membeli, ada kerja sama simbiosis mutualis, kerja sama saling menguntungkan. Penjual selonsong ketupat dapat rejeki, dan pembeli tinggal mengisi beras yang sudah dibersihkan kemudian di rebus 3 -- 4 jam lamanya.
Selonsong diisi beras kira-kira setengah/tiga perempat, tergantung dari jenis berasnya, semakin bagus berasnya semakin enak. Untuk menghemat energi gas, saat merebus ketupatnya dengan arang yang ditaruh diatas anglo. Air rebusan ketupat harus selalu di cek jangan sampai kehabisan supaya tidak gosong.
Untuk lauk ketupat adalah opor ayam, bahan ayam kampung dengan bumbu opor (bukan instan) bisa dibeli di pasar tradisional yang jualan bumbu pawon, harganya per paket Rp 5.000,-. Bumbu opor yang terdiri dari rempah-rempah dihaluskan dengan bawang putih, bawang merah, garam. secukupnya. Sedang sambel krecek bahan krecek (dari kulit sapi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan, digoreng) di tambah daging giling dibuat bulat-bulat kecil, tahu atau tempe.
Menu wajib ini harus tersedia sejak mandiri dalam berumah tangga, karena terbawa oleh kebiasaan dari keluarga. Bentuk ketupat lebaran yang tersedia biasanya "luar", "sinta", "tumpeng". Lebaran identik dengan ketupat. Terasa ada yang kurang bila lebaran tidak ada ketupat, opor dan sambel goreng, kalau lebih lengkap ditambah kerupuk udang. Wajar harga ayam naik menjadi Rp 95.000 per kg untuk ayam kampung, biasanya Rp 60.000,-, daging sapi  kualitas nomor satu (1) Rp 130.000, biasa Rp 120.000,- .
Di daerah sepanjang pantura, ketupat itu dibuat pada hari ke-7 setelah Hari Raya Idul Fitri, sering disebut Lebaran ketupat. Inilah keunikan di Indonesia saat merayakan lebaran dengan berbagai tradisi yang bervariasi, merupakan kekayaan budaya yang patut disyukuri. Selain menu ketupat, lontong opor, sambel krecek , ada tradisi ziarah qubur, dan bersilaturahmi saat lebaran.
Dalam silaturahmi, kalau di desa-desa orang muda mendatangi yang lebih tua usia atau yang dituakan (tokoh masyarakat, ulama). Acara bersilaturahmi dengan saudara sedarah dan /karena perkawinan, saat ini tidak harus datang dari rumah ke rumah, tetapi dalam acara trah keluarga besar, yang simpel dan praktik. Biasa dilaksanakan pada H+2, atau H+3, karena semua masih kumpul, mengingat yang luar kota segera kembali merantau untuk bekerja mencari nafkah.