Tema kejutan tantangan Kompasiana minggu ke-2 bulan Ramadan ini, sungguh mengaduk-aduk perasaan, karena sosok-sosok yang menginspirasi itu kebanyakan telah di alam lain disisi Alloh SWT. Semua tinggal kenangan, namun kata-kata yang selalu memberi semangat itu masih terngiang jelas di telinga dan nasihatnya tertancap di relung hati paling dalam. Semuanya menorehkan memori bagaikan mozaik indah yang memberi warna kehidupan yang penuh intrik, pernik, dengan sejuta rasa yang cepat berganti antara suka, duka, bahagia, sedih, tertawa, menangis, haru, marah, kecewa. Semuanya itu bermuara dalam semangat untuk menghadapi tantangan, hambatan, peluang dan harapan, baik dalam kehidupan keluarga maupun karier. Â Â
Di universitas kehidupan ini banyak sosok-sosok yang memberi inspirasi, tidak harus bergelar profesor, doktor, dan sederet gelar mentereng lainnya. Gelar akademik berjejer, tanpa diimbangi dengan kecerdasan emosi dan spiritual yang imbang sering menjadi "tirani" yang membuat jarak semakin jauh. Apalagi perbedaan persepsi antara generasi mahasiswa dan dosen nyaris sulit ada titik temu, kecuali dosen yang egaliter, bersedia memahami pola pikir dan usulan mahasiswanya.Â
Dosen bukan satu-satunya sumber inspirasi, karena dalam kehidupan di luar kampus ditemukan orang-orang yang dapat memberi inspirasi karena daya tahan, ketangguhan, kejujuran, keuletan, perjuangan dalam mempertahankan kehidupan yang penuh dengan "persaingan" curang, tidak sehat, cerdik (banyak tipu muslihat/licik).
Mereka bisa sebagai tukang becak, tukang parkir, sopir taksi, pengepul barang bekas, pedagang sayur keliling, dan di pasar tradisional, satpam, penjual jamu gendong, office boy dan masih banyak lagi. Mereka menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan ini, ternyata masih banyak orang-orang yang secara materi kekukarangan (miskin harta), namun justru kaya hati. Ketekunan, kejujuran, rasa hormat dengan sesama, menghargai pendapat orang, toleransi, jiwa sosial, patut menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya.Â
Mereka tidak pernah sekolah sampai tingkat tinggi, tidak mempunyai gelar apalagi sampai berderet, hanya nama pemberian orang tuanya. Namun pengalaman hidupnya yang pahit, manis, getir dapat diambil menjadi pelajaran yang sangat berharga. Bahkan orang yang jatuh "pailit" pun memberi pembelajaran yang sangat berharga bagi sekitarnya, walaupun pelaku sendiri justru tidak menyadari karena tidak belajar dari pengalaman atas "kepailitannya".
Pada bulan Ramadan ini penulis ingin menjumpai dalam mimpi sekedar untuk melepas rasa rindu yang menderu dalam gejolak jiwa. Juga kepada sosok-sosok inspiratif selalu ada sebagai teman, sahabat setia, sejati yang muncul ketika dalam kondisi semangat  di titik paling bawah nol. Mereka dengan sabar membaca WhatsApp, merespon dengan kata yang lembut, namun mampu membakar semangat untuk bangkit. Ternyata teman, kolega, kenalan, itu banyak, namun sahabat sejati itu hanya beberapa orang yang dapat diketahui ketika  selalu disisinya/mendampingi dalam kondisi suka dan duka.Â
Untuk itu wajar bila prinsip "mempunyai musuh satu terlalu banyak, namun mempunyai sahabat seribu terlalu sedikit". Artinya dimana-mana ingin ada sahabat yang menyenangkan, memberikan semangat dan berbagi ilmu tanpa mengenal waktu dengan tulus ikhlas, tidak pernah berharap apapun. Ketika berbuat baik dan berbagi dengan harapan orang diberi akan melakukan hal yang sama untuk membalasnya, maka niat ikhlas itupun sudah hilang. Jadilah perbuatan yang sia-sia tidak memberi manfaat, kecuali hanya mendapatkan rasa kantuk, capai, dan lelah.
Di Blog Kompasiana ini sebagai keluarga besar "maya", dimana para anggotanya sangat menyenangkan, mengasyikkan untuk diajak diskusi, saling memberi komentar, rating dalam tulisan yang ditayangkan adalah "sesuatu" banget. Banyak yang sangat menginspirasi dengan tulisan-tulisannya, sehingga membuat hidup ini semakin hidup. Belum pernah kopi darat (kopdar), namun semuanya bisa terasa "klik". Ini sebagai bukti bahwa kedekatan pertemanan, persahabatan itu dapat  "klik" tidak ditentukan oleh waktu yang lama dalam menjalin pertemanan, namun berdasarkan "rasa yang ada dalam hati". Baru 4 (empat) bulan rutin menulis di blog kompasiana namun sudah ada beberapa yang sudah "klik". Jangan salah sangka "klik" sekedar saling menyapa, diskusi yang ringan-ringan, serius tetapi santai (sersan).
Sungguh pilihan yang tidak salah masuk dalam Blog Kompasiana, sehingga menjadi tempat "berlabuh" dan "move on" yang dapat meng "klik" an para anggotanya di seluruh Indonesia. Dalam bulan puasa Ramadan ini penulis berharap semoga dalam pertemuan tahunan anggota Blog Kompasiana tahun ini dapat hadir, tahun lalu sudah mendaftar, behubung sesuatu hal terpaksa belum bisa hadir. Semoga Alloh SWT, mengabulkan doa hambaNya untuk dapat bertemu dengan para Kompasianer yang sangat menginspirasi dan selalu memberi semangat.
Yogyakarta, 29 Mei 2018 Pukul 23.54
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H