Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sahur dengan Menu Terbaik, Sudah Cukupkah?

26 Mei 2018   23:30 Diperbarui: 27 Mei 2018   13:50 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersantap sahur menjadi rutinitas dan hukumnya sunah (kalau dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak dosa) bagi saat umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadan. 

Aktivitas santap sahur yang dijalankan di penghujung malam menjelang sholat Subuh sebaiknya dipilih menu makan yang memenuhi gizi seimbang. Sejak diberlakukannya UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, secara resmi telah dikenal Pedoman Gizi Seimbang (PGS), yang menggantikan konsep 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna, karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Inilah menu terbaik untuk santap sahur dalam bulan Ramadan.

PGS ini sebagai susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam sejumlah jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik dan olah raga, pola hidup bersih, dan pantauan berat badan ideal. Di Indonesia, konsep PGS divisualisasikan dalam bentuk tumpeng, dan dinamakan dengan Tumpeng Gizi Seimbang, . berbentuk kerucut terdiri dari air, karbohidrat, sayuran, buah-buahan, protein nabati, protein hewani, dan minyak, gula, garam secukupnya (http://dinkes.inhukab.go.id)

Makan sahur dengan gizi seimbang dapat menjaga stamina tubuh pada siang hari saat menjalankan ibadah puasa, tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari. Ketika bangun makan sahur sudah diniatkan untuk menjalankan perintahNya, maka semuanya terasa ringan, dan mempunyai nilai ibadah. Tubuh mendapat asupan gizi seimbang, siangnya terjaga hati dan jiwanya, sehingga tidak mudah emosi, berkata kotor, dan dapat menjaga perasaan/empati dengan orang lain. Orang yang suka marah-marah, berkata kasar, karena perut dan hatinya "kosong", tidak mendapat asupan gizi seimbang dan asupan gizi rohani. Masihkah bermalas-malas untuk bangun makan sahur, yang banyak memberi manfaat untuk badan dan jiwanya ?.

Menu terbaik untuk sahur bukan sekedar asupan gizi seimbang yang dapat menyehatkan jasmani, namun juga asupan gizi rohani, dari para alim ulama, ustadz/ustadzah, di forum, kajian, pengajian, yang isinya menyejukkan, jiwa menjadi tenang, ikhlas, pasrah, sabar, dan istiqomah. Kondisi iman seseorang naik turun, sehingga perlu selalu di "charge", supaya tidak sampai di titik nol alias habis baterainya, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Kalau sudah tidak ada komunikasi, ditempat ramai pun tetap merasa kesepian, karena lingkungan sosialnya tidak memberi respon keangkuhan dan kesombongannya. Dimana pun berada tetap merasa kesepian, karena selalu memjaga jarak dan memilih teman pergaulannya.

Kalau jiwa itu diibaratkan tanaman, bila tidak disiram dengan air yang memberi kehidupan maka tanaman itu kering, layu, dan mati. Sama halnya rohani yang tidak pernah mendengar ajaran berisi pedoman, prinsip, nasehat, bimbingan, petuah, berdasarkan Kitab Suci Al Qur'an dan Hadist, yang mengatur hubungan dengan Alloh, dan sesama manusia, maka hatinya menjadi "gersang", "kosong", dan lama-lama mati. Kalau hati sudah mati, maka nasehat dari siapapun, sumbernya dari manapun, dan isinya apapun, semua sudah tidak mempan, tidak tersentuh. Rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati sudah lenyap. Pikiran selalu negatif, dan semua orang sebagai musuhnya yang yang harus dihancurkan dan dilenyapkan.   

Saat bulan puasa ini menjadi bulan yang penuh rahmat, ampunan, dan pembebasan dari "api neraka", maka ketika ketika di penghujung malam setelah makan sahur, menjadi kesempatan yang sangat baik untuk memanfaatkan bermunajad mohon ampunan, bertaubat, dengan berzikir, doa, sholat malam. Akankah kesempatan ini berlalu begitu saja dengan tidak bangun di sepertiga malam (jam 02.00 -- 04.00), sebagai kesempatan utama untk melakukan sholat tahajut, dilanjutkan sholat Subuh berjama'ah. Harapannya kebiasaan ini terus berlanjut di bulan-bulan berikutnya, bukan hanya saat puasa Ramadan, sehingga masjid selalu ramai dan menjadi tempat bermunajat setiap saat.

Menu sahur yang terbaik asupan gizi seimbang, tidak harus mahal, mewah, namun yang sederhana, biasa, dan yang paling utama adalah memberi menu terbaik untuk asupan gizi rohani. Bila hati sudah mendapat asupan gizi rohani, hasilnya dapat dirasakan, dilihat, dengan perubahan sikap, perilaku, cara bicara yang tenang, sopan, santun, isinya meneduhkan, mendamaikan suasana hati. Kehidupan menjadi aman, rukun, damai, saling tolong menolong, saling menghormati, menghargai, tidak ada keributan. Kenikmatan dunia akan didapatkan, karena badan segar, sehat, ceria, semangat, energik, tanpa beban, ringan, enak, aman, nyaman, pikiran selalu positif, dan menjadikan orang lain adalah "saudara", bukan rival yang harus dibinasakan. Mulai malam nanti di sepuluh hari kedua bulan puasa Ramadan yang penuh ampunan ini, perlu instrospeksi, sudahkan menu makan sahur memnuhi gizi seimbang dan gizi rohani ?.

Yogyakarta, 26 Mei 2018 Pukul 23.08

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun