Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Boros atau Tidak Pengeluaran di Bulan Ramadan, Tergantung Niatnya

28 Mei 2018   23:39 Diperbarui: 29 Mei 2018   20:08 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan suci Ramadan selalu dinantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia karena berbeda dengan 11 (sebelas) bulan lainnya. Bulan ini penuh rahmat di sepuluh (10) hari pertama, ampunan di sepuluh hari (10) kedua , dan dapat terbebas dari siksa api neraka di 10 (sepuluh) hari terakhir, dimana ada satu (1) malam istimewa yaitu malam Lailatul Qadr, malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Semua ibadah pada bulan suci Ramadan harus dijalani dengan niat ikhlas karena Alloh SWT semata, bukan niat yang lain, ingin dipuji, apalagi untuk mendapat “WAH” dari orang lain. Ibadah puasa hanya untuk Alloh SWT yang pahalanya langsung dari Alloh, jadi sangat pribadi, personal, privat, sebagai hubungan vertikal (hablumninallah).

Menjalani puasa Ramadan dari segi ekonomis seharusnya lebih hemat dari bulan lainnya, karena biasa makan 3 (tiga) kali sehari, menjadi 2 (dua) kali. Minum dan makan cemilan setiap saat, menjadi dibatasi, namun pengeluaran di bulan Ramadan justru lebih banyak dibanding bulan lainnya. Alasannya, menu berbuka dan sahur lebih bervariasi dengan gizi seimbang, agar pikiran dan stamina tetap fit, segar, sehat, semangat, senang ketika berpuasa, dan jiwanya menjadi tenang. Jika jiwa tenang dapat menahan, memerangi, menaklukkan hawa nafsu negatif yang bersarang dalam gumpalan daging berupa “hati/nurani”. Puasa sebagai wahana untuk mensucikan hati yang kotor, agar kembali bersih tanpa noda dan cela..

Benarkah pengeluaran ekstra di bulan Ramadan sebagai pemborosan ?. Arti boros menurut KBBI adalah berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang, dan sebagainya. Boros atau tidak pengeluaran di bulan Ramadan, sangat tergantung dari persepsi, tujuan, dan manfaat. Kalau secara ekonomi dengan prinsip  efektif, efisien, untuk mendapatkan hasil maksimal (sebanyak-banyaknya). Maka melakukan buka bersama (bukber) di bulan puasa, menyediakan makanan pembuka puasa di masjid terdekat, menyiapkan infak, shodaqoh, zakat fitrah, zakat mal, dengan niat ikhlas dapat mendatangkan keuntungan/kebaikan berlipat-lipat, sebagai tabungan yang hakiki untuk bekal amalan di alam akherat.

Pengeluaran ekstra di bulan Ramadan, dilakukan semata-mata karena perintah dan ketentuan dalam agama, dilakukan karena Alloh SWT. Jadi pengeluaran ekstra di bulan Ramadan itu tidak masuk pemborosan karena niatnya mengharapkan ridho dari Alloh SWT. Bahkan bagi orang yang kaya harta dan kaya hati, wajib mengeluarkan zakat mal sesuai dengan kententuan. Maksudnya untuk mensucikan harta yang dimiliki agar menjadi harta yang halal dan barokah, mengingat di dalam hartanya itu ada hak orang miskin. Namun bagi orang yang kaya harta tetapi miskin hati, terasa sangat berat untuk mengeluarkan zakat mal. Kekayaan yang dimiliki, “dianggap” sebagai hasil usaha keras, sedang hatinya “merasa” kekurangan terus. Sudah mempunyai mobil satu masih kepingin membeli lagi, tetapi untuk membayar zakat mal terasa berat dan dianggap sebagai pengeluaran pemborosan.

Boros atau tidak di bulan Ramadan itu kuncinya ada didalam hati nurani setiap orang dalam menentukan pengeluaran ekstra untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan. Beda kebutuhan dan keinginan, kalau kebutuhan itu tidak bisa ditunda harus dipenuhi, karena bila ditunda dapat mempengaruhi fungsi organ/alat dalam suatu sistem. 

Kebutuhan orang hidup itu perlu asupan gizi seimbang, bila tidak terpenuhi dalam jangka lama berakibat pada kekurangan gizi. Hal ini berpengaruh pada kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, akibatnya kualitas sumber daya manusia rendah. Sedang keinginan itu cenderung dikuasai oleh hasrat, hawa nafsu baik atau buruk. Bila hawa nafsu baik berdampak positif, sebaliknya hawa nafsu yang tidak baik cenderung merugikan orang lain.

Disinilah pentingnya pengendalian hawa nafsu dalam bulan Ramadan itu agar tidak melakukan pemborosan yang sia-sia. Pengeluaran ekstra dilakukan karena memang dibutuhkan bukan karena keinginan. Kalau dalam hati seseorang sudah dikuasi “nafsu” untuk memenuhi keinginan semua barang dibeli, walau tidak dibutuhkan. Akibatnya pengeluaran membengkak diluar perencanan, karena tanpa perhitungan. Penuh perhitungan bukan berarti “pelit”, tetapi hati-hati, teliti, dalam mengatur keuangan pribadi, atau keluarga selama Ramadan.

Apalagi penghasilan terbatas, tetapi hasrat untuk memenuhi keinginan tidak terbatas, hal ini berpotensi untuk menggali lubang “hutang”, baik dengan dana tunai, atau “kartu kredit”. Kalau masih ada  penghasilan yang diharapkan, kartu kredit dapat memberi solusi sementara. Masalah muncul bila sudah jatuh “pailit”, tidak ada pendapatan sama sekali, tetapi “nekad” memanfaatkan kartu kredit, demi memenuhi keinginannya. Kalau demikian berarti pengeluaran di bulan Ramadan termasuk boros, dan menimbulkan masalah baru ketika jatuh tempo tidak bisa membayar, yang akhirnya “debt collector” bertindak. Masih terus menuruti hawa nafsu demi keinginan sekedar untuk “prestige” di bulan Ramadan yang penuh berkah ini ?.    

Yogyakarta, 28 Mei 2018 Pukul 16.24

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun