Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prestasi Pustakawan Indonesia Luput dari Liputan Media Massa

6 Mei 2018   08:01 Diperbarui: 7 Mei 2018   06:59 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam postingan Fabebook di laman Abdulrahman Saleh pustakawan utama yang sudah malang melintang di dunia kepustakawanan, menyesalkan karena prestasi anak bangsa luput dari liputan media massa. 

Pustakawan dari Kalimantan Selatan Achmad Syawqi dan kawan-kawan di  acara Conference of Southeast Asia Librarians (CONSAL) Myanmar, meraih penghargaan kedua (perak) sebagai pustakawan berprestasi tingkat Asean. Patut disayangkan karena penghargaan bergengsi itu tidak menjadi berita di media massa cetak dan elektronik.

CONSAL sebagai asosiasi pustakawan Asia Tenggara, mengadakan kongres setiap 3 (tiga) tahun sekali di negara-negara anggota ASEAN. Acara ini pertama kali diadakan pada tahun 1970 di Singapura. 

Indonesia sudah menjadi tuan rumah sebanyak 3 (tiga) kali, tahun 1975 di Jakarta, tahun 1990 di Jakarta dan tahun 2012 di Bali. CONSAL ke-17 diselenggarakan di Myanmar pada tanggal 2 - 5 Mei 2018. 

Ketika CONSAL ke-8 di Jakarta, penulis mendapat kesempatan mengikuti sebagai peserta. Waktu itu acara pembukaan di lakukan di Istana Negara oleh Presiden RI Suharto. Kesempatan yang tidak terlupakan karena bertemu dengan pustakawan se Asia Tenggara.

Indonesia ketika menjadi tuan rumah CONSAL, panitia penyelenggara Perpustakaan Nasional RI, yang menjadi pembina perpustakaan dan pustakawan. CONSAL sebagai wahana pertemuan yang ideal bagi para pustakawan untuk bertukar informasi, pikiran, pengalaman, berbagi, dan berjejaring di bidang kepustakawanan (ilmu perpustakaan dan profesi pustakawan). Semua anggota ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar dan Brunei Darussalam, sudah pernah menjadi tuan rumah CONSAL.

Pustakawan berprestasi tingkat ASEAN menjadi juara dua (2), tanpa ada pemberitaan di media massa (cetak dan elektronik), ini sangat memprihatinkan. Padahal untuk dapat meraih prestasi itu perjalanan dan perjuangan panjang sudah dilalui. Tanpa bermaksud membandingkan dengan kompetisi lainnya, seperti di dunia olah raga, dan ilmu pengetahuan (olimpiade), menang kalah selalu diberitakan. Bahkan ada jurnalis dan pengamat yang khusus mengulas kemenangan dan kekalahan suatu kompetisi di bidang olah raga.

Hal ini membuktikan bahwa profesi pustakawan masih belum dikenal oleh semua orang secara utuh di Indonesia ini termasuk para jurnalis media massa cetak dan elektronik. Kalaupun dimuat, porsi tempatnya sangat minim dan di halaman yang "nylempit"(Bahasa Jawa)/bersembunyi, sehingga lepas dari perhatian pembaca. 

Profesi pustakawan masih terasa asing, sunyi, sepi dalam sepak terjang dan kegiatannya, walaupun dimana Najwa Shihab dalam puisinya pustakawan sebagai "pahlawan pengetahuan." Jangankan masyarakat awam, lingkungan masyarakat akademis pun masih "memandang sebelah mata", dan belum mengakui profesi pustakawan seutuhnya. Padahal ketika kuliah di luar negeri mengagung-agungkan perpustakaan dengan segal fasilitasnya termasuk kehebatan pustakawan. Namun ketika di Indonesia dan menjadi "pejabat" lupa siapa dan apa pustakawan dan perpustakaan.

Para jurnalis media massa pun ketika meliput ajang kompetisi pustakawan seperti di Indonesia "kurang" antusias untuk meliput apalagi mengulas. Padahal di Indonesia tidak sepi dari kegiatan yang melibatkan pustakawan. Untuk maju mengikuti kompetisi tingkat ASEAN, pastinya sudah menjadi kampiun di Indonesia , dengan melalui serangkaian prosedur, ujian tertuls, wawancara dan presentasi. Ada kompetisi pustakawan versi Perpustakaan Nasional diselenggarakan pada bulan Agustus, dan versi Kemenristekdikti setiap bulan Oktober. Selain itu juga kompetisi pustakawan sekolah yang diadakan oleh Mendiknas.

Diakui pemberitaan kegiatan pustakawan di Indonesia kurang "fenomenal" bagi jurnalis karena  "personal branding" (merek pribadi) pustakawan belum "markertable"dibandingkan profesi lain. Pustakawan sendiri kadang malu dan kurang bangga dengan profesinya sebagai pustakawan. Padahal profesi ini sangat mengasyikkan dan penuh tantangan. Untuk bisa dikenal profesi pustakawan semestinya membangun "personal branding", di lingkungan sosialnya yang bukan hanya di lingkungan sesama pustakawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun