Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sudahkah Tontonan Televisi Menjadi Tuntunan?

22 Maret 2018   13:06 Diperbarui: 25 Maret 2018   15:02 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: seputarbayidananak.blogspot.co.id

Televisi di Indonesia mulai siaran perdana pada tanggal 17 Agustus 1962, pemiliknya dimonopoli oleh pemerintah sehingga disebut Televisi Republik Indonesia (TVRI). Saat itu TVRI bisa disebut sebagai "corong" pemerintah karena secara kelembagaan berada di bawah Departemen Penerangan. Kemudian tanggal 24 September 1962 TVRI menyiarkan siaran langsung pembukaan Asian Games ke-4 dari Stadion Gelora Bung Karno, dan tanggal inilah sebagai tonggak sejarah yang diperingati sebagai hari ulang tahun TVRI. Tahun 1963 - 1976, TVRI mendirikan stasiun di Yogyakarta, Medan, Makasar, Balikpapan, dan Palembang, dengan tayangan hitam putih, yang pada tahun 1979, TVRI mulai siaran dengan tayangan berwarna.

Seiring dengan perkembangan teknologi satelit, tahun 1976 dengan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SDKD), TVRI dapat siaran nasional dan lokal, dan membuka peluang bagi swasta untuk mengembangkan stasiun baru. Tanggal 24 Agustus 1989 berdirilah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), milik keluarga Cendana, disusul tanggal 24 Agustus 1990, didirikan Surya Citra Televisi (SCTV), yang sebelumnya bernama Surabaya Centra Televisi Indonesia. Dalam perkembangannya TV Swasta sangat cepat pada tahun 1991 berdiri Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indosiar dan ANTV (1992), Trans TV, Metro TV. Saat ini sudah ada lagi Trans 7, CNN Indonesia, TvOne, Global TV, Lativi, JakTV, BeritaSatu, Kompas TV, DAAITV, rtv,MNCTV.

Munculnya jumlah TV, mempunyai segi positif dan negatif, mengingat masing-masing mempunyai siaran yang dapat ditonton oleh jutaan mata di Indonesia. Siarannya sudah tidak dimonopoli pemerintah yang berisi berita/informasi dan pendidikan namun semakin bervariasi untuk  memberi hiburan.

Segi positif, pemirsa mempunyai banyak pilihan untuk menentukan program-program siaran yang dibutuhkan. Masing-masing TV bersaing ketat dan sehat untuk menarik pemirsa dengan menyajikan siaran yang berkualitas (ada unsur pendidikan dan informasi) agar tetap bertahan dalam chanel yang dipilih. Segi negatif, akibat persaingan yang ketat, TV memberi hiburan kepada pemirsa dengan siaran yang lucu-lucu, namun justru chanel dipindah karena tidak bermutu karena tidak lucu dan alay. Ada TV yang menghibur dengan "sinetron" kejar tayang model cerita berputar-putar, mudah ditebak, dan "membosankan".

Pemirsa TV yang semakin "cerdas", akan memilih siaran yang dapat memberi informasi bukan malah membingungkan karena lihat "talkshow". Para tokoh-tokoh membuat opini yang saling menyerang dengan argumen masing-masing, padahal topik yang ditanggapi bukan bidang keahliannya. Akibatnya justru membuat "keresahan" masyarakat karena opini yang disiarkan oleh TV sekedar untuk mengejar "rating" daripada menjaga kualitas siaran. Ketika ada masalah hukum, "seolah" semua narasumber sebagai ahli hukum pidana, perdata, tatanegara, tata pemerintahan, hukum adat, hukum internasional, hukum perkawinan, hukum bisnis. Padahal tidak mempunyai latar belakang pendidikan hukum, kalaupun mempunyai bertentangan dengan teori yang ada karena ada “tekanan” atau “pesanan”.

Apalagi era digital ini menonton TV tidak harus duduk manis di depan TV, dimanapun dan kapanpun acara yang disiarkan dapat dilihat dengan smartphone.Ruangan TV yang dulu menjadi ruang paling favorit d mlam keluarga, mulai ditinggalkan penggemarnya karena sudah asyik dengan gawainya di kamar masing-masing. Menyempatkan "nonton" TV pun kalau benar-benar ada siaran yang menarik dan berkualitas. Menonton TV sama dengan “membunuh waktu”, hilang percuma dan tidak produktif.

Hadirnya TV Kabel, menambah pilihan tontonan yang benar-benar menjadi minat para penonton TV. Pilhan TV Kabel yang mengandung pendidikan dan pengetahuan misalnya "National Geografi", atau film yang bisa dipilih, dan petualangan menjadi daya pikat bagi penonton TV dengan siaran berbeda, tanpa jeda iklan yang sering relatif lama. TV Kabel menjadi saingan tersendiri bagi TV reguler. Orang rela membayar tiap bulan untuk mendapatkan hiburan dan pengetahuan. Walau fasilitas TV Kabel baru terjangkau untuk daerah perkotaan, dan daerah di tiga T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) belum dapat menikmati TV Kabel dengan gratis.

Disisi lain siaran TV tidak bisa lepas dari siaran iklan, karena menjadi sumber pendapatan bagi TV yang sangat diperhitungkan oleh pemilik TV. Namun siaran iklan dengan durasi lama dan diulang-ulang menjadi alasan pemirsa untuk segera pindah chanel. Kalau sudah pindah chanel, artinya meninggalkan siaran tersebut. Kondisi ini semakin menambah deretan panjang orang meninggalkan siaran TV karena tidak mendapatkan manfaat dari nonton TV, yang isi siarannya sudah tidak memberi manfaat dan menambah pengetahuan. Selain itu menonton TV terlalu lama juga tidak sehat dari kesehatan karena posisi duduk, badan yang tidak aktif, lama-lama TV nya ganti menonton pemirsa yang "tertidur" di depan TV.

Walaupun sudah ada Komisi Penyiaran yang memberi peringatan terhadap siaran TV yang melanggar aturan, namun itu tidak mempunyai "efek jera" bagi para produser. Nama acara dengan mudah diganti hanya menambah kata "bukan" untuk acara yang dilarang, dan sudah bisa siaran lagi walaupun format siaran tetap sama. Kalau sudah begini bagaimana slogan"Penyiaran Indonesia yang Sehat, Bermanfaat, dan Bermartabat"?. Agar siaran TV kembali ke hati penonton, menuntut para produser siaran untuk berinovasi dan kreativif meramu tontonan menjadi tuntunan, bukan sekedar mengejar keuntungan. Siaran TV bisa menjadi panutan, pedoman, dan memberi "kesejukan" bagi setiap penonton. Semoga !                                    

Yogyakarta, 22  Maret 2018 pukul 12.57                                                                                                                       

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun