Dari tahun ke tahun produktivitas padi semakin menurun. Selain lahan yang menyempit, latar belakang pendidikan petani pun menjadi alasan berikutnya.Â
Mengutip dari Katadata, plt. Kepala Badan Pusar Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan sekitar 75% pekerja bidang pertanian pendidikan tertingginya sekolah dasar (SD). Sehingga sulit beradaptasi dengan teknologi dan berinovasi. Hal ini memengaruhi jumlah produksi padi.
Tingkat pendidikan bukan satu-satunya alasan dan petani tidak bisa disalahkan. Bukan saja petani yang gagap teknologi, generasi baby boomers yang lahir tahun 1946-1964 pun sebagian besar sulit memahami perubahan yang serba digital.Â
Ketidakberdayaan petani, saya rasa bisa diatasi dengan pendidikan nonformal, misalnya seminar, penyuluhan pertanian. Juga regenerasi. Di mana generasi Z lebih siap dan mudah mempelajari teknologi.
Pendidikan Nonformal
Kembali ke masa lalu, dari berbagai informasi, Indonesia pernah mengalami Swasembada pangan, meski petani tidak berpendidikan. Bahkan tidak bisa membaca dan menulis.
Keberhasilan ini tidak lepas dari peran pemerintah. Dengan program Bimbingan Masal (BIMAS) mendorong petani memproduksi beras lebih banyak. Sehingga pada tahun 1984 Indonesia berhasil mengekspor pangan yang sebelumnya mengandalkan impor beras.Â
Pendidikan nonformal bagi petani, buruh tani adalah peran penyuluh. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) berperan sebagai sumber informasi, untuk meningkatkan produktivitas pendapatan dan kesejahteraan.
PPL memiliki pengetahuan tentang ilmu pertanian juga dapat menghubungkan petani dengan lembaga riset. Sehingga bisa mendampingi dalam berinovasi.
Mereka membantu mengatasi ketidakberdayaan petani menghadapi perkembangan zaman.
Dari penyuluh pertanian, tim terkecil adalah kelompok tani. Kelompok tani bisa mengadakan diskusi, pengujian lahan, obat-obatan dan lain sebagainya.
Jadi, petani dibantu agar dapat membantu diri sendiri, dididik agar dapat mendidik diri sendiri.
Namun, peran penyuluh pertanian mungkin baru dirasakan wilayah dan waktu tertentu saja. Banyak petani padi di desa yang bertani secara mandiri. Mereka mendapat ilmu pertanian dari pengalaman orang tua sebelumnya dan diskusi di lapangan sesama petani.