Sejumlah petani di Kabupaten Madiun panen raya. Sebagai petani tentunya senang karena sejak musim tanam, Desember 2023 harga gabah naik terus mencapai Rp9.200 per kilogramnya untuk harga gabah kering giling (GKG).
Kenaikan harga gabah saat itu hanya lewat saja, petani tidak menikmatinya, karena tidak memiliki stok padi untuk dijual. Ketika harga gabah tinggi di Madiun pun belum musim panen. Saya berharap ketika panen harga gabah kering panen (GKP) masih tinggi.
Namun, saat panen raya, akhir Maret 2024 harga GKP turun drastis kisaran Rp6.000 per kilogramnya. Penurunan ini terjadi setiap hari dan secara bertahap. Harga ini masih cukup wajar, petani masih punya untung. Akan tetapi jika turun terus hingga di bawah Rp5.000 per kilogramnya, petani akan mengalami kerugian, karena tidak seimbang dengan biaya produksi.
Serba salah memang, jika harga gabah tinggi, menguntungkan petani, tetapi merugikan masyarakat karena harga beras pun akan tinggi.Â
Harga gabah memengaruhi harga beras. Akan tetapi situasi sekarang berbeda, turunnya harga gabah kering panen (GKP) tidak diiringi turunnya harga beras. Terjadi penurunan tetapi lambat, hanya sekitar Rp500-Rp1.000 per kilogramnya.Â
Di kios-kios harga beras masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp10.900-Rp11.800 untuk beras medium. Sementara HET beras premium Rp14.900-Rp15.800 per kilogramnya.Â
Harga beras di setiap wilayah memilki perbedaan. Untuk Madiun harga beras medium kisaran Rp11.500-Rp14.500 per kilogramnya. Beras premium dijual di harga Rp15.000-Rp16.500 per kilogramnya.
Pedagang belum menurunkan harga beras tentunya punya alasan. Pada dasarnya tidak ingin rugi atau ingin untung. Siapa sih yang mau rugi? Berjualan tentunya mencari keuntungan. Namun, di balik keinginan ada alasan sebelumnya.
Beberapa alasan kenapa pedagang belum menurunkan harga beras di antaranya:
1. Bulan Ramadan
Alasan pedagang belum menurunkan harga beras meski HET dari pemerintah sudah ditetapkan adalah bulan Ramadan.