"Mamah jadi ke Pasar Kawak?" tanya putri pertama saya pada Ahad kedua di awal tahun 2024.
"Jadi, agak siangan saja biar bakulnya sudah pada jualan."Â
Saya menjanjikan kepada anak untuk berangkat sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Sebelumnya saya sering ke pasar tradisional satu ini lebih pagi sekalian olahraga di alun-alun. Akan tetapi sebelum pukul 07.00 Â banyak lapak yang masih tutup.Â
Misalnya lapak ikan laut langganan saya, dia mengatakan baru berangkat ke pasar setelah anaknya berangkat sekolah. Pedagang makanan tradisional pun sama, dia berangkat dari Sarangan menggunakan bus. Oleh karena jaraknya yang jauh, tiba di Pasar Kawak sekitar pukul 07.30. Â
Hal demikian karena Pasar Kawak yang terletak di pusat kota dengan luas 1.650 meter persegi bukan tempat jugjugan pedagang ecer, melainkan konsumen langsung. Kegiatan jual beli pun ramainya sekitar pukul 07.30-10.00 WIB.Â
"Mamah ke pasar cuma belanja sayuran saja, ko tumben siang?" selidik anak sayaÂ
"Kita nanti beli soto daging yang dekat pintu kulon. Juga tiwul biasane."Â
Entah mengapa tiba-tiba saya ingin membeli soto daging yang legendaris di Kota Madiun.Â
Soto Daging dan Jajanan di Pasar Kawak
Saya dan anak cewek tiba di Pasar Kawak sekitar pukul 09.30 WIB. Sedikit tertegun dengan bangunan yang rapi. Dalam pasar pun telah berlantai keramik. Meski demikian posisi kios masih sama dan ditempati pedagang yang sama sebelum renovasi. Jadi mudah mencari lapak langganan.Â