Jelang musim panen, pekerjaan di sawah mulai berkurang. Petani biasanya hanya lihat, Â mengikuti pertumbuhan tanamannya sambil ngopi di warung atau sekadar berkumpul di pinggir sawah bersama petani lain.
Pamit kepada orang rumah sih ke sawah, padahal bukan itu saja. Kalau cuma lihat sawah, Â sambil ke pasar atau sambil ngarit pun sawah bisa terlihat, tidak akan pindah, hehe.
Kata suami, itu lah kepuasannya kalau lihat sawah, bisa bertemu dan rapat terbuka tentang segala hal. Apalagi jelang pemilu, waah ramai. Mereka membicarakan pilihannya.
Keramaian itu sama suami sering di bawa pulang dan menjadi bahan pembicaraan di rumah. Saya yang buta politik mau tidak mau harus menimpali sebisa mungkin.
Seperti malam itu
"TPS nanti di mana ya?" tanya suami.
"Sepertinya masih seperti dulu," sahut saya.
"Rencana mau pilih siapa? Ini ada 3 Paslon, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka," lanjut saya.
"Saya Prabowo dong, dia tegas," jawab suami.
"Menilai calon pemimpin dari  riwayat, prestasi, visi, misi atau apa gitu alasannya yang kuat agar bisa memengaruhi saya." Saya tidak puas dengan jawaban suami.
Walaupun saya sudah punya pilihan, tetapi masih pilih-pilih. Kata orang Sunda mah dibeweung diutahkeun. Itu artinya pilihan saya belum tetap, masih bisa berubah. Plin plan? Tidak juga, tepatnya masih mengumpulkan data dan niat, hehe.