"Iki kacange wes resik, nek arep ngasih koncone, tongggone wes tak kei mau," ujar ipar sembari menyerahkan tas merah isi kacang hijau yang baru ditapeni di halaman belakang.
Artinya kurang lebih begini, "Ini kacangnya sudah bersih, kalau mau ngasih temannya, tetangga sudah saya kasih tadi."
Beberapa hari lalu, lahan yang terletak di etan ratan (timur jalan) telah panen kacang hijau. Saat itu saya tidak sempat ambil gambar karena ada janji dengan notaris.Â
Berapa Hasil Panen Kacang Hijau di Tengah Fenomena El Nino?
Sawah di desa kami dibagi menjadi 3 tempat sesuai letaknya, yang pertama sawah kroco'an, sawah kulon ratan (barat jalan) dan etan ratan (timur jalan)
Lahan yang kroco'an dan kulon ratan kami tanami padi, sedangkan lahan etan ratan, luas 2,75 petak ditanami kacang hijau.Â
Di tengah-tengah fenomena El Nino, kami sempat cemas tidak akan panen kacang hijau. Banyak tanaman lahan yang terserang hama sejak munculnya daun. Lahan kami pun terserang. Suami segera mencari orang untuk semprot menggunakan pestisida, yakni gandasil daun, gandasil buah dan obat cabuk.Â
Jelang berbunga, tanaman tersebut pulih. Dari luas 2,75 petak, kami mendapatkan 5 karung dengan masing-masing ada 45 kilogram, jadi total 225 kilogram.
Hasil yang sedikit jika dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini bukan saja karena efek dari panas, tetapi cara tanam juga.Â
Jika hasilnya ingin banyak, kami harus menggunakan cara tanam gecik. Namun, biaya dan tenaga lebih banyak juga. Minimal harus ada 6 orang yang gecik dan tidak mungkin selesai satu hari.
Dengan menggunakan teknik sebar, kami hanya mempekerjakan dua orang untuk nyebar 22 kilogram benih kacang hijau. Dalam satu hari, lahan 2,75 sudah tersebar benih.Â