Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada Keterlibatan Mafia sehingga Harga Beras Tak Kunjung Turun

17 Februari 2023   21:26 Diperbarui: 18 Februari 2023   13:28 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang di Pasar Ponorogo kesulitan mendapat beras. Foto by Jawa Pos Radar Ponorogo/Aji Putra

Ketika saya ke Ngawi, Kamis, 16/2/2023 sepanjang jalan banyak area pesawahan telah panen. Saat panen raya biasanya harga gabah turun. Kondisi ini memengaruhi harga beras juga. Namun, perkiraan saya bertolak belakang dengan kenyataan di pasar.

Pasar masih menjual harga beras cukup mahal, kisaran Rp10.000 hingga Rp12.000. Bahkan Pemerintah Kabupaten Madiun dan Bulog masih giat melakukan operasi pasar (OP) di beberapa titik.  Daerah OP adalah Pasar Saradan, Pasar Singgahan, Pasar Caruban dan Pasar Pagotan.

Setiap OP Pemkab Madiun kerja sama dengan Bulog, PT Rajawali menggelontorkan beras sebanyak 3 ton dengan harga Rp8.500 per kilogram untuk beras premium. Harga tesebut bagi masyarakat sangat murah jika dibandingkan harga pasar.

Kenaikan harga beras bukan saja karena pasokan yang kurang, tetapi ada keterlibatan mafia beras. Hal ini merujuk pada temuan Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Budi Waseso akrab disapa Buwas.

Buwas mengatakan pada media, mafia beras ini menjual beras di atas harga eceran tertinggi (HET), yaitu Rp9.450 per kg. Sementara Bulog menyalurkan beras dengan harga Rp8.300.

Sementara di Jawa Timur, kenaikan harga beras pun mendapat perhatian dari Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim. Hal ini karena Jatim sebagai penopang pangan.

Mengutip dari Kominfo Jatim, Anggota Komisi B DPRD Jatim, Dr Agus Dono Wibawanto meminta Satgas pangan mengawasi mafia beras di lapangan karena para mafia bukan saja ada di Banten, bisa jadi di provinsi lain pun beraksi.

Bagaimana mafia beras beraksi?

Walaupun petani banyak yang gagal panen, Bulog masih memiliki persediaan beras, harga pun stabil di angka Rp8.300 per kilogram. Namun, karena aksi mafia, harga beras menjadi mahal.

Seperti kita ketahui, Bulog bekerja sama dengan Polda Banten berhasil menangkap tujuh mafia beras dari berbagai kota yang berbeda. Mafia tersebut mengoplos sebagian beras impor yang jumlahnya 350 ton.

Stok beras lainnya dikemas ulang dengan berbagai merek terkenal dan dijual dengan harga premium. Mafia mendapat keuntungan sekitar Rp4.000 setiap kilogramnya. Dalam satu bulan telah meraup keuntungan ratusan juta.

Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto dalam konferensi pers di Polda Banten mengatakan para mafia memanipulasi delivery order dari distributor maupun mitra Bulog. Selain itu mafia ini membeli dari penggilingan padi. 

Para mafia beras beraksi atas dasar keuntungan dan hanya memikirkan isi perut. Menurut hemat saya, dalam berdagang boleh saja mematok harga tinggi, tetapi harus santun dan jangan menjual barang yang dialokasikan untuk rakyat. Ini sama saja dengan nyolong, mencuri.

Para penyeleweng sepantasnya diberi hukuman karena telah menyengsarakan rakyat, petani dan merugikan pemerintah. Bulog pun harus sigap menelusuri keterlibatan karyawan Bulog atau petugas lain. Rasa-rasanya tidak mungkin beras impor bisa ke tangan mafia dengan mudah jika tidak dimudahkan.

Bulog pun harus terus memantau harga beras hingga panen raya yang akan berlangsung sekitar awal Maret. Jangan sampai harga beras masih tinggi, sementara harga gabah turun karena jelang Ramadan biasanya harga pangan naik.

Jika bisa, Bulog langsung membeli hasil panen petani tanpa perantara. Tidak bisa dipungkiri gabah petani masuk ke Bulog itu sangat susah. Persyaratannya sangat ketat, kualitas gabah pun harus bagus. 

Penggilingan yang bermitra dengan Bulog sangat menjaga kualitas beras yang akan disetor. Jika hasil panen buruk akan disalurkan  ke pedagang beras. Tentunya harga menyesuaikan kualitas gabah. 

Dampak Kenaikan Beras

Kenaikan bahan makanan pokok sangat berdampak pada kehidupan masyarakat, daya beli mereka menurun. Pedagang makanan pun mengurangi porsi atau menaikan harga. Seperti di Madiun, nasi pecel, nasi kuning posinya semakin sedikit.

Nasi kuning yang biasanya harga Rp5.000 bisa untuk berdua, sekarang dimakan sendiri pun masih kurang. Makanan olahan dari beras pun semakin kecil ukurannya.

Mungkin yang diuntungkan adalah masyarakat yang belanja sayuran di warung dengan beras. Nilai jual berasnya ada kenaikan. Ups masih ada yang jual beli dengan beras bukan dengan uang?

Terima kasih telah singgah. Salam.

_Sri Rohmatiah Djalil_

Bahan bacaan 1

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun