Saya sempat bertanya di grup, tapi karena terlalu pagi datang, tidak ada yang berbagi lokasi. Saya berusaha tanya ke beberapa warga yang berpapasan. Mereka pun tidak memberi jawaban pasti.
Saya menyadari, susah juga mau kasih petunjuk, karena itu hutan, kebun. Saya jarang sekali menemukan rumah atau perkampungan. Ketika ada rumah-rumah, ternyata perumahan baru. Warga tidak ada yang tahu dengan homestay itu, apalagi wisata Randuwana.Â
"Oh ada homestay toh di sini?" ya ... kenapa mereka balik tanya saat saya tanya nama penginapan itu.Â
Saya ikuti terus petunjuk maps sampai bertemu segerombolan monyet. Sayang fotonya tidak jelas, karena terhalang kaca mobil dan mereka bubar ke dalam hutan.
Setelah berputar-putar di hutan Randuwana, menjelang dhuhur salah seorang jurnalis berbagi lokasi di grup. Walaupun belum kenalan, saya pun meneleponnya agar dijemput di depan bumi perkemahan, daripada tersesat di hutan. Hehe.
Ternyata saya berada di pertigaan yang menuju homestay Randuwana, tetapi masih belok ke barat sekitar 300 meter. Setelah ngobrol dengan kepala dusun setempat yang hadir di acara silaturahmi, maps memang tidak mengarah ke penginapan itu.
"Entah, dusun saya itu tidak terdeteksi google, orang banyak yang kesasar ke dusun sebelah," jelas Kasun Abdul Kholik.
Namun, seperti kita ketahui maps akan mengarahkan jalan alternatif, padahal sulit dilalui kendaraan roda empat.
Setelah dikasih tahu jalan yang mudah oleh Kasun, saya baru menyadari jalan yang saya lalui memang agak rumit. Ya ... itu kan sesuai petunjuk maps. Heheh