Nama Majalengka diambil dari nama Kabupaten Maja yang dihilangkan. Hilang biasa disebut langka, jadilah Majae-langka atau latah disebut Majalengka.
Bukti valid dari pergantian nama tersebut adalah Besluit Belanda (Cabang Keresidenan Cirebon) yang tertulis sejak 11 Februari 1840 nama Kabupaten Maja diubah menjadi Kabupaten Majalengka.
Besluitnya saya tangkap layar sebagai berikut:
Terjamah:"Verandering"
[perubahan] "van de naam" [nama] "van het regentschap Madja (Residentie Cheribon)"
[keregenan/kabupaten Madja (karesidenan Cirebon)], "alsmede" [sekaligus juga] "van den zetel van hetzelve" [tempat kedudukannya/ibu kotanya yang baru], "thans genaamd Sindang Kassie" [yang saat sekarang ini bernama Sidangkasih]," in dien van Madja-Lengka" [untuk selanjutnya (diberi nama) Majalengka)". Seperti yang saya kutip dari situs historyofCirebon.
Dari surat tertulis jelas Kabupaten Majalengka bukan dari kisah buah maja yang langka. Namun, secara pribadi meyakini kerajaan Sindangkasih ada, karena zaman dahulu kan masih masa kerajaan dan pemerintahan dikuasai Belanda pun benar ada sejarahnya.
Makna dari Logo Kabupaten Majalengka
Setelah berganti nama menjadi Kabupaten Majalengka, tentunya ada logo yang mewakili karakter dan harapan bagi rakyatnya. Namun, logo tersebut tidak serta merta dibuat dan disahkan pada masa penjajahan Belanda.
Lambang Kabupaten dibuat pada tahun 1962, pada masa pimpinan Bupati R.A Sutisna dengan bentuk perisai bersudut lima. Warna hijau muda di bagian tengah yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.Â
Pada logo tersebut tertulis motto "Sindangkasih Sugih Mukti"Â yang artinya sikap mengayomi dan mengasihi untuk mewujudkan kesejahteraan.