Terdesak dalam kerumunan, saya yakin semua tidak menghendakinya.Â
Namun, pada saat tertentu hal itu akan terjadi, seperti saat menonton konser atau event akbar lainnya.
Untuk menghindari terdesak dalam kerumunan banyak hal yang dilakukan, salah satunya tidak menghadiri acara besar yang mengundang banyak orang. Jika hadir mungkin akan membeli tiket yang paling mahal.
Saya termasuk orang yang tidak suka keramaian dan menghindari namanya konser musik, bukan karena tabu menonton musik. Hal ini karena trauma masa kecil.
Pengalaman Terdesak dalam Kerumunan
Walaupun berusaha agar tidak mengalami terdesak dalam kerumunan, dalam situasi tertentu akan mengalaminya juga.Â
Ada 3 kejadian yang saya ingat bagaimana saat itu merasa terjepit, tidak bisa apa-apa karena terlalu banyak orang.
Peristiwa pertama ketika usia 12 tahun bersama kakak,  saya melihat konser artis di lapangan sepak bola. Kisah pertama dan tidak pernah tahu situasi sebenarnya di lapangan.Â
Ketika pintu masuk dibuka yang tadinya antrian rapi, tiba-tiba orang berdesakan untuk masuk. Merasa kaget, saya segera membatalkan masuk ke lapangan.Â
Saya berusaha kembali melawan arus. Tubuh mungil itu menerobos kerumunan orang yang sangat besar. Pertolongan dari Allah, saya bisa keluar dari kerumunan penonton yang antusias melihat konser. Â
Peristiwa kedua, sahabat semuanya mungkin pernah mengalaminya juga. Ketika kita masuk ke Raudah yang ada di Masjid Nabawi dan masuk ke Hijir Ismail yang berada di sebelah utara Ka'bah. Kita akan mengalami berdesakan. Badan umat Muslim pun akan lebih besar dari umat Muslim Indonesia.
Saat masuk ke Raudah dan Hijir Ismail yang berbentuk setengah lingkaran, saya bisa masuk dengan lancar, dan berdoa dengan tenang di dalam Hijir Ismail. Â
Ketika saya menjaga Ibu yang sedang melaksanakan salat sunah, ada orang tak dikenal menyuruh saya salat juga, dia berdiri menjaga tempat sujud kami.Â
Setelah saya selesai melaksanakan salat, kembali saya menyuruh dia salat dengan bahasa isyarat. Kami bergantian menjaga agar tidak terdorong oleh desakan orang.
Peristiwa ketiga, baru saja saya alami. Ketika selesai ambil gambar Gus Miftah dari arah samping kiri. Saya terjebak kerumunan warga yang tiba-tiba menghampiri ke arah kiri panggung.Â
Reaksi warga karena Gus Miftah keluar melalui arah itu. Masyarakat mungkin badannya kecil seperti saya dan didominasi kaum emak-emak.Â
Namun, pengawal yang mengawal Gus Miftah badannya besar dan tinggi. Di situ saya terdesak, tetapi dengan luwes saya bisa keluar dari kerumunan dengan aman.Â
Strategi Menjaga Diri saat Terdesak KerumunanÂ
Dari pengalaman itu saya bisa mengambil pelajaran bagaimana kita keluar dari kerumunan, keramaian dengan lancar tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri.Â
1. Â Jangan menyakiti
Berada di kerumunan memang menakutkan. Kita ingin segera keluar dari area itu, sehingga berbagai cara dilakukan, seperti teriak, menjerit, mencakar orang lain.Â
Jangan lakukan itu, menyakiti orang lain saat suasana semua panik akan menambah masalah, walaupun itu tidak sengaja. Bisa jadi orang yang tersakiti akan membalas, sehingga akan saling balas.Â
Kita harus ingat, semua dalam kondisi yang sama. Saling melindungi akan lebih baik.Â
Saat tidak berada dalam kerumunan pun kita berusaha jangan saling menyakiti baik lisan atau tindakan. Jika terjadi segeralah minta maaf dan memaafkan.
 2.  Jangan mendorong
Saat berada dalam kerumunan, selalu ada pihak yang mendorong, entah itu pihak petugas pengamanan atau masyarakat sendiri.Â
Saat seperti itu, kita jangan membalas mendorong, bukan karena takut, tetapi tenaga kita akan habis untuk mendorong orang lain. Jika sudah tidak punya tenaga, kita sendiri akan terkulai dan menjadi bahan injakan orang lain.Â
Caranya ketika berada di antara orang yang saling dorong, kita ikuti ayunan mereka. Mereka mendorong ke depan, badan kita mengikuti, tetapi tetap dengan pertahanan tenaga, pasang kuda-kuda. Kaki pun ikut melangkah sedikit demi sedikit.
3. Â Jangan melawan arus
Terjebak kerumunan, rasa-rasanya kita ingin balik lagi, memutar arah. Jangan lakukan, di belakang kita sudah ramai orang dengan  tujuan sama yaitu ke depan. Kenapa kita melawan pergerakan? Itu akan membuang tenaga bahkan tenaga akan habis. Ikuti arus dengan ayunan badan yang luwes.
 4.  Amankan barang bawaan
Kita tentu membawa barang ketika hendak bepergian, terutama handphone, kamera, dompet, identitas.Â
Nah agar aman, sebelum melangkah keluar atau selama perjalanan, masukkan semua identitas ke dalam tas. Pun letakkan tas di bagian depan tubuh kita.Â
Ketika terjebak kerumunan, juga jangan sibuk mengambil gambar. Biarlah foto jadi pekerjaan jurnalis. Â Â
 5.  Berdoa
Berdoa sangat penting di mana pun dalam kondisi apapun. Tidak perlu berdoa menunggu momen tertentu. Namun, berdoa saat terjepit pun sangat dianjurkan, itu tandanya sebagai manusia kita sangat lemah dan memerlukan pertolongan Allah Swt.Â
Dalam doa, kita bisa membaca Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir artinya Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.
Bahasa dalam doa pada umumnya bebas, kita bisa memohon dengan bahasa Indonesia, arab, yang penting meminta perlindungan agar diberi keselamatan, kesehatan.Â
Mungkin teman-teman bisa menambahkan bagaimana yang harus kita lakukan saat terdesak dalam kerumunan. Semoga bermanfaat.
Salam dan terima kasih telah singgah.
_SRD_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H