Tetangga oh Tetangga

Tetangga oh tetangga, judul di atas menggambarkan ketakjuban saya pada salah satu tetangga yang rajin memperhatikan saya. Bukan GeEr sih, ini karena dia mengungkapkannya.

Bertetangga di desa sudah biasa saling memperhatikan, jika berani akan mengatakannya pada yang bersangkutan. 

Kalau tidak? ada tiga perilaku yang sering terjadi, diam, menyindir atau membicarakan di belakang orangnya, istilahnya gosip.

Baca juga: Mengatasi Maraknya Remaja Memakai Motor Knalpot Brong

Saya termasuk tetangga yang tidak suka kumpul, tetapi tidak kuper-kuper amat sih. Pada momen tertentu, seperti pengajian, rewang, hajatan, arisan kadang hadir.

Saat berkumpul saya tidak banyak ngobrol. Mungkin orang lain menilai saya pendiam atau sombong, entahlah. 

Saya pun tidak natangga, datang ke rumah tetangga dengan sengaja hanya untuk ngobrol. Tetangga pun tidak melakukan hal itu. 

Apa kata salah seorang tetangga tentang saya?

Ketika tetangga ini saya panggil untuk pijat, si Ibu bertanya di sela-sela obrolan, 

Baca juga: Tips Hidup Bertetangga di Tempat Baru agar Kerasan

"Mbak Sri, polos men, ora tau nganggo emas-emasan?" artinya "Mbak Sri ko gak pernah pakai emas?"

Si Ibu bertanya mungkin heran, setiap saya ke undangan atau kegiatan lain, saya tak pernah terlihat memakai kalung, gelang, cincin atau kembaran lainnya.

"Emange kedah yo, Bu? ben kinclong." timpal saya.