Ada banyak perilaku anak-anak yang saya perhatikan ketika mereka diajak orang tuanya silaturahmi ke rumah saat lebaran. Mulai dari anak pendiam, anak heboh, anak nglutus, anak ramah dan anak yang cuek alias tidak memperhatikan ketika saya ajak bicara.
Untuk anak yang pendiam, saya rasa karena dia masih malu, tetapi tetap menjawab jika ditanya nama. Bahkan ada anak usia dua tahun, dengan bicara tidak begitu jelas bisa menyebutkan alamat rumahnya. Â
Dari beberapa perilaku anak, ada salah satu anak yang cuek, dia tidak memperhatikan sekitarnya. Anak ini  berusia hampir 4 tahun. Jika dilihat dari perkembangan fisik, anak ini yang dipanggil Fulan sehat, ganteng, putih, lincah.
Si Fulan asyik dengan film yang ada di gadgetnya. Ketika orang tuanya pamit, dia masih asyik nonton film sambil kepalanya manggut-manggut. Ibunya ngajak pulang pun, dia tak bergeming.
Biasanya jika ibunya berkata, "Ibu tinggal pulang ya" anak akan berdiri dan mengikuti ibunya. Si Fulan ini  tetap asyik nonton film.
Si Fulan apa kecanduan Gadget?Â
Menurut ibunya, si Fulan tidak kecanduan. Keluhan yang disampaikan adalah si Fulan belum bisa mengikuti pembicaraan orang tuanya atau orang lain, dia tidak fokus memperhatikan lawan bicaranya. Jika gadget yang berbunyi, dia bisa mengikuti kata-kata yang ada di gadget.
Ibunya memberikan gadget untuk memancing si Fulan berbicara. Namun, apakah tindakan ibunya tepat? Kenapa tidak orang tuanya saja sebagai pengganti gadget yang memancing dia agar aktif bicara?
Penyebab Anak Balita Tidak Fokus pada Lawan Bicara
Secara pribadi saya tidak sependapat dengan apa yang dilakukan ibu si Fulan.Â
Perilaku anak memang berbeda, tidak sama. Sebagai orang tua kita harus memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara berkala.Â
Jika ada gangguan pada anak dan perbedaan dengan anak lainnya yang sangat mencolok, kita harus menelusuri penyebabnya dan mencari solusi.
Dokter Pany di sehatq mengatakan, pada usia 2 tahun 9 bulan anak sudah bisa menyusun kata menjadi kalimat dan dia semakin aktif. Bahkan usia ini anak bisa mengatakan apa yang diinginkan dan bercerita pengalamanya walaupun dengan bahasa yang kurang jelas.
Kita pun sudah bisa mengajari anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari, tata krama, sikap yang baik. Contohnya bersalaman, pamitan, menjawab pertanyaan ringan.
Fulan, dengan usia yang hampir 4 tahun, belum bisa menyusun kata-kata seperti yang disampaikan dr. Pany. Hal ini bisa jadi Fulan mengalami kelainan.Â
Anak yang alami kelainan tidak wajar pada perkembangannya bisa dilihat dari ciri-cirinya, antara lain tidak bisa berbicara atau tidak dapat menggabungkan kata menjadi kalimat, tidak melihat lawan bicara saat berbicara dan masih banyak lagi.
Kelainan tersebut bisa disebabkan kurangnya interaksi orang tua dan anak, penggunaan gadget berlebihan, autisme dan lain sebagainya.
Untuk kasus yang dialami Fulan, saya berpikir kurangnya interaksi antara ibu dengan anak dan penggunaan gadget. Hal ini karena perkembangan fisik Fulan normal dan pemberian gadget seperti sudah biasa.
Solusi bagi Anak yang Tidak Fokus pada Lawan Bicara
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk kasus seperti Fulan yang tidak fokus pada lawan bicaranya. Memang anak balita sering kali tidak memperhatikan kita bicara, mereka mudah sekali membelokkan pandangan dan cepat bosan, terlebih jika ada gadget di dekatnya.
Walaupun demikian, perlu sedikit usaha agar anak bisa interaksi dengan manusia bukan dengan gadget.
1. Jauhkan gadget
Seringkali saya mendengar jika anak sekarang tidak bisa lepas dari gadget. Sebenarnya bisa selama orang tua menerapkan gaya pengasuhan zaman dulu yang tanpa gadget. Namun, kita lebih memilih jalan aman sesaat agar anak diam dan orang tua bisa menyelesaikan pekerjaan degan cepat.Â
Kita tentu masih ingat dulu orang tua bisa menyelesaikan tugas rumahnya tanpa harus memberi alat satu ini. Ada banyak mainan yang bisa dipegang anak, seperti boneka, mobil-mobilan.Â
Alat dapur yang tidak terpakai bisa dijadikan mainan. Seperti anak cewek saya yang menggunakan piring plastik, sendok bekas untuk main masak-masakan. Sedangkan anak cowok, sering membuat pesawat, robot dari sambungan piva, mulai dari Te, Knee, sok, sokdrat.Â
2. Kontak mata
Kontak mata dalam berbicara itu penting karena kita atau anak akan merasa penting. Jika anak masih memalingkan muka, kita bisa memintanya untuk menatap, contohnya, "Kakak lihat Bunda sini, Bunda mau ngomong sebentar."
3. Posisi badan sejajar
Untuk bisa ngobrol empat mata dengan anak, posisi tubuh kita harus sejajar dengan tinggi badan anak dan tidak terlalu jauh. Kita bisa jongkok atau duduk agar anak bisa menatap mata orang tua. Ia pun bisa menangkap apa yang kita sampaikan.
4. Bermain peran
Kita tentu masih ingat ketika kecil dulu sering bermain boneka, pasaran/jualan bersama teman-teman. Dalam permainan itu biasanya ada yang berperan pedagang, pembeli, anak, ibu atau peran lain.
Pengalaman kita dulu bisa diterapkan pada anak. Jika anak di rumah tidak ada teman bermain, bisa menggunakan beberapa boneka untuk berperan. Contohnya boneka satu sebagai ibu, boneka dua sebagai tetangganya.
Posisikan wajah boneka berhadap-hadapan ketika sedang berbicara agar si kecil tahu begitulah sikap yang baik ketika berbicara dengan orang lain. Bermain peran secara tidak langsung kita mengajarkan tatakrama, cara berbicara dengan orang lain.
5. Cari perhatian anak
Ketika di rumah saya, ibunya si Fulan memanggilnya, tetapi si Fulan tidak menengok, tidak memperhatikan. Ketika ibunya memberikan gadget, si Fulan duduk manis bermain gadget. Ibunya pun bisa ngobrol dengan saya dan ibu mertua.
Usaha ibu si Fulan bagus, tetapi memancing perhatian dengan barang yang menyebabkan dia lebih jauh dari orang tuanya, tidak tepat. Dengan gadget, si Fulan jadi tidak memperhatikan lingkungan atau orang lain yang memanggilnya.
Cari perhatian agar anak bisa fokus ke kita dengan barang harus memperhatikan, apakah nantinya akan menjadi kecanduan atau tidak. Memanggil anak tidak harus dengan barang apalagi gadget, bisa juga dengan nyanyian, makanan yang disukai anak.Â
6. Gunakan kalimat pendek
Kemampuan anak berbeda-beda dan tingkat konsentrasi pun belum sempurna. Ada anak yang baru paham dengan pertanyaan singkat, ada juga harus dengan pertanyaan jelas dan panjang.
Untuk anak balita, sebaiknya gunakan pertanyaan yang pendek, seperti, "Adik sudah makan?", "Lauknya apa?" Pertanyaan tersebut bisa untuk memancing agar anak bicara.
Tips di atas, mungkin tidak bisa diterapkan pada anak berkebutuhan khusus. Jika perkembangan anak lambat dan kita tidak tahu cara mengatasinya, sebaiknya konsultasi ke dokter spesialis anak.
Semoga bermanfaat
Salam,
Sri Rohmatiah
Baca juga: Cara Mengajarkan Anak Agar Tidak Menindas Temannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H