Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mengenang Masa-masa Menjadi Tenaga Honorer yang Penuh Suka Duka

7 Februari 2022   08:54 Diperbarui: 9 Februari 2022   05:29 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika jadi tenaga honor dengan seragam. Foto pribadi 

Selain 3 pekerjaan itu, saya juga masih membuat makanan kecil untuk dititipkan di kantin sekolah. Malamnya saya terima jahitan dari teman-teman dan tetangga. Malam hari saya tidur hanya sekitar 3-4 jam.

Dengan pemasukan dari berbagai sumber hampir 1,5 juta per bulan, saya bisa membantu orang tua untuk biaya kuliah adik di UPI dan adik yang SMA.

Jadi tenaga honorer itu harus hampang birit, artinya kalau disuruh harus cepet mau, selalu siap laksanakan agar rejekinya dikasih bonus, hehe...matre. 

Namun, kadang tidak sesuai dengan keahlian yang kita miliki. Saya pernah ditugaskan di koperasi oleh kepala TU. 

Di koperasi bukan ngurus keuangan di komputer, tetapi jadi pelayan gorengan yang ibu-ibu TU titipkan. 

Untungnya hanya beberapa hari, karena mendapat pembelaan dari para Wakasek, "Kerjaan di komputer saja banyak, kok disuruh jaga gorengan."

Saya rasanya terbebas dari belenggu. Begitulah kalau jadi honorer, terkadang tidak mendapat tempat yang semestinya. 

Pada tahun 2003, saya memutuskan resign dan menjadi ibu rumah tangga seratus persen. Penghasilan bulanan saya lepaskan, seragam, sepatu saya tinggalkan, dan komputer saya serahkan ke kantor. 

Waktu awal menikah apalagi melihat yang berseragam kantor, saya sering murung dan sedih karena  seragam saya setiap hari kok jadi daster. 

Setiap pagi pun bukan komputer lagi yang dipegang, tetapi cucian piring, baju kotor, lap pel, dan yang lain.

Sedih? Pastinya, terlebih jika jatuh gara-gara serimpet daster yang kedodoran. Hihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun