Informasi pelecehan seksual pada anak mencuat setelah era digital. Media bisa bebas memberitakan setiap yang terjadi hingga viral, masyarakat pun dengan mudahnya mengonsumsi informasi.
Berbeda dengan era 90-an. Kita merasa aman-aman saja. Pemberitaan televisi terbatas, apalagi jika berita TVRI. Namun, realitanya di masyarakat tidak seaman yang kita pikirkan. Saya menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak merasa tidak aman pada tahun 90-an. terlebih setelah ada kejadian kasus penculikan anak yang menimpa tetangga.
Rumah orang tua saya terhalang sungai dari jalan raya antar kota. Setiap menit banyak bus, angkutan umum antar kota yang lewat. Jalan itu satu-satunya menuju sekolah, baik SMP, SMA dan SD. Â Anak-anak sekolah dasar akan jalan kaki kurang lebih 200 m ke sekolahan. Ya ... Menelusuri jalan besar itu.
Saat itu saya masih duduk di sekolah menengah, adik di sekolah pertama kelas satu. Sekolah kami berada di kota dan haris naik angkot.Sedangkan anak tetangga, sebut saja namanya si Neng. Dia masih duduk di kelas 6SD. Setiap pagi si Neng berangkat bareng adik saya. Adik saya yang seharusnya bisa naik angkot di depan rumah, jadi jalan kaki dulu hingga sekolahan di Neng.
Tak masalah selama berangkat mereka lebih pagi, karena pada waktu itu semua orang masih menggunakan angkutan umum. Tak ada yang membawa motor atau kendaraan pribadi.
Kisah pelecehan seksual yang dialami si Neng
Si Neng dan adik saya jika pagi berangkat sekolah bareng, tetapi, pulangnya tidak. Adik dari sekolah akan naik angkot dan turun di jalan yang menuju rumah. sedangkan si Neng jalan kaki, karena jarak tidak terlalu jauh, masih satu kecamatan. Sejak adik saya masuk SMP, Si Neng ini sering jalan kaki sendiri, tidak ada temannya yang satu jurusan dengannya.Â
Orang tua si Neng, sibuk sebagai pegawai di pengairan, ibunya pun sibuk. Si Neng juga menolak untuk antar jemput, "Neng bisa sendiri," jawabannya.
Seperti biasa si Neng pulang sekolah jalan kaki. Tiba-tiba, orang tua si Neng mencari ke rumah, tentunya bertanya kepada adik yang sering main dengannya.
"Si Neng, ada, Teh Eva?"