Hai, Sahabatku,
Jika main ke desa tempat saya tinggal, mungkin akan kaget, rumah-rumah di desa bagus-bagus. Bahan dasarnya bata, bukan bata ringan atau batako yang biasa digunakan di perumahan.
Saya dulu menduga pekerjaan mereka sebagai TKI, ternyata bukan. Sebagian besar pekerjaan di desa adalah pekerja informal, ada  tukang parkir, buruh bangunan, buruh tani, beca, buruh pabrik gula. Banyak juga sih yang pekerja formal.
Kalau pekerja formal memiliki kendaraan, rumah bagus, itu sudah biasa. Mereka punya gaji sebagai jaminan tiap bulannya. Sedangkan pekerja informal, gajinya tidak menentu. Namun, mereka bisa menyisihkan penghasilannya untuk membangun rumah. Kaget kan? Bagaimana caranya, sedangkan bahan bangunan harganya mahal.
Dari hasil pengamatan saya selama ini, rumah bagi warga desa adalah yang utama. Mereka jarang sekali mencari kontrakan setelah menikah, kecuali kerjanya di luar kota.
Strategi mereka untuk memiliki rumah, mungkin bisa kita tiru.
1. Warisan tanah
Orang tua zaman dalu mendapatkan tanah melalui turun temurun, warisan. Misalnya, Pak Suryo, rumahnya kecil, tetapi tegalnya atau kebunnya, luas. Pak Suryo memiliki empat orang anak.
Selama anaknya belum bisa membangun rumah, rumah Pak Suryo akan penuh oleh anak mantu bahkan cucu. Saya juga sempat kaget, bagaimana mereka membangun rumah tangga di bawah naungan orang tua.
Namun, kondisi itu tidak lama. Pada akhirnya mereka mendapat tanah warisan sebelum Pak Suryo meninggal.
Baca juga: Pekerjaan Perempuan di Desa