Mas Butong selaku ketua JDA juga melakukan seleksi dan dipilih 35 seniman difabel Indonesia berasal dari 15 kota. Selain dari Indonesia juga ada dari 10 negara lainnya, Filipina, Korea, Mesir, Brazil, Colombia, Afrika selatan, Australia, New Zeland, Kroasia, serta United Kingdom.
Perupa Agus Yusuf, anggota  AMFPA (Association Mouth and Foot Paintings Artist), dengan kelebihannya bisa menghasilkan karya seni bertema Borobudur dan alam dengan bahan cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini telah dipinang oleh kolektor seni.
Faisal Rusdi sebagai penyandang cerebral palsy, anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists. Dia melukis di kanvas dengan cara "memegang" kuas menggunakan mulutnya, sama seperti Agus Yusuf. Dalam pameran kali ini dia memamerkan dua karya, salah satunya berjudul Jembatan Rusak.
Seniman Jason Cora Lejo dari Filipina, menampilkan karya berjudul The City (2021) dengan obyek yang mirip dengan situasi sehari-hari di Yogyakarta. Ada andong dan suasana keramaian orang-orang pada sebuah pasar dan toko.Â
Di bagian lain, Brenton Swartz, memberi warna berbeda pada karyanya. Dia melukis dengan cat air, menampilkan obyek sebuah kursi kosong di tengah taman yang sepi dan kering. Suasana ngelangut hadir dari lukisan penuh impresi itu. (baca di sini)
Selain karya-karya di atas, masih banyak lagi karya seni yang dipamerkan. Besar harapan dengan adanya pameran ini bisa menghapus stigma terhadap disabilitas. Momen sumpah pemuda milik kita bersama, tak perlu membela negara dengan tenaga. Bagi penyandang disabilitas khususnya dan kita umumnya, membela negara bisa dengan berkarya, membawa nama Indonesia ke dunia.
Semangat sumpah pemuda.
28 Oktober 2021
Sumber bacaan Solider.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H