Orang tua wajib memberitahu anak tentang peran orang tua sebagai pelatih, karena tentu ada perbedaan antara di rumah dan di lapangan. Orang tua sebagai pelatih anak, biasanya akan lebih keras memperlakukan anak di lapangan.
Menurut Frank Smoll, "Keras terhadap anak, tidak perlu. Orang tua harus memosisikan diri sebagai pelatih bagi semua atlet. Jangan bersikap tidak adil." Memberi tahu kepada peserta juga penting, bahwa antara mereka dan anak sendiri sama. di lapangan semua menjadi anak-anak pelatih.
Ketiga, membedakan peran
Membedakan peran ayah atau ibu di rumah dan peran sebagai pelatih jika di lapangan, sangat penting. Untuk membedakannya bisa dimulai dari panggilan. Panggilan ayah atau ibu hanya di rumah, jika di lingkungan olahraga, penggilan harus sama seperti anak-anak lain.
Terkadang orang tua tidak nyaman memerintah anaknya saat latihan. Untuk menyiasatinya, orang tua bisa menyuruh asisten untuk memberi perintah pada anak.
Keempat, mencintai anak apa adanya
Setiap anak yang dibina, dilatih orang tua, memiliki kemampuan yang berbeda. Jangan malu jika anak kita kurang mampu. Menunjukkan kekecewaan di hadapan anak, anak-anak akan bertindak konyol demi menyenangkan orang tua. Untuk itu tunjukkan dengan ucapan dan tindakan bahwa cinta kita tidak tergantung kemampuan olahraganya.
Baca juga Menjadi atlet
Melatih anak sendiri itu menyenangkan, tetapi, anak akan lebih berkembang jika memiliki pemimpin lain. Seperti Laila yang pernah saya ceritakan di artikel sebelumnya.
Laila hingga lulus sekolah menengah atas pernah belajar dari tiga pelatih termasuk ayahnya sendiri. Frank menyarankan kita harus membatasi pembinaan anak kita hingga 2 atau 3 tahun saja. Selanjutnya serahkan kepada pelatih lain.
Ketika tiba saatnya kita menyerahkan pembinaan anak kepada pelatih lain, anak juga harus tahu alasannya. Intinya kita harus musyawarah dengan anak.Â
Semoga bermanfaat, salam olahraga.
Sri Rohmatiah