Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Menjadi Pelatih bagi Anak Sendiri? Berikut 4 Tips yang Perlu Kita Perhatikan!

10 Agustus 2021   11:38 Diperbarui: 10 Agustus 2021   12:22 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua wajib memberitahu anak tentang peran orang tua sebagai pelatih, karena tentu ada perbedaan antara di rumah dan di lapangan. Orang tua sebagai pelatih anak, biasanya akan lebih keras memperlakukan anak di lapangan.

Menurut Frank Smoll, "Keras terhadap anak, tidak perlu. Orang tua harus memosisikan diri sebagai pelatih bagi semua atlet. Jangan bersikap tidak adil." Memberi tahu kepada peserta juga penting, bahwa antara mereka dan anak sendiri sama. di lapangan semua menjadi anak-anak pelatih.

Ketiga, membedakan peran

Membedakan peran ayah atau ibu di rumah dan peran sebagai pelatih jika di lapangan, sangat penting. Untuk membedakannya bisa dimulai dari panggilan. Panggilan ayah atau ibu hanya di rumah, jika di lingkungan olahraga, penggilan harus sama seperti anak-anak lain.

Terkadang orang tua tidak nyaman memerintah anaknya saat latihan. Untuk menyiasatinya, orang tua bisa menyuruh asisten untuk memberi perintah pada anak.

Keempat, mencintai anak apa adanya

Setiap anak yang dibina, dilatih orang tua, memiliki kemampuan yang berbeda. Jangan malu jika anak kita kurang mampu. Menunjukkan kekecewaan di hadapan anak, anak-anak akan bertindak konyol demi menyenangkan orang tua. Untuk itu tunjukkan dengan ucapan dan tindakan bahwa cinta kita tidak tergantung kemampuan olahraganya.

Baca juga Menjadi atlet

Melatih anak sendiri itu menyenangkan, tetapi, anak akan lebih berkembang jika memiliki pemimpin lain. Seperti Laila yang pernah saya ceritakan di artikel sebelumnya.

Laila hingga lulus sekolah menengah atas pernah belajar dari tiga pelatih termasuk ayahnya sendiri. Frank menyarankan kita harus membatasi pembinaan anak kita hingga 2 atau 3 tahun saja. Selanjutnya serahkan kepada pelatih lain.

Ketika tiba saatnya kita menyerahkan pembinaan anak kepada pelatih lain, anak juga harus tahu alasannya. Intinya kita harus musyawarah dengan anak. 

Semoga bermanfaat, salam olahraga.

Sri Rohmatiah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun