Penyebaran Virus Covid-19 sudah tidak pandang bulu lagi, pergerakannya kian cepat. Banyak warga desa yang sedang menjalani isoman, bahkan sudah beberapa orang meninggal karena terpapar Covid-19.
Dulu mungkin saya berpikir, virus Covid-19 hanya menyerang orang kota atau orang yang sering bepergian, ternyata salah.Â
Masyarakat desa yang biasanya adem dan penuh semangat ke sawah, sekarang keluar penuh ketakutan.Â
Kondisi desa tempat saya tinggal mencekam, sepi. Jarang ada orang lalu lalang.
Grup WhatApps pun dipenuhi ucapan bela sungkawa. Terkadang ada yang meminta doa dan informasi donor plasma darah atau plasma konvalesen.Â
Entah untuk ibunya, suaminya atau kerabatnya. Anggota grup hanya bisa mendoakan, semoga segera dapat donor plasma karena kita  plasma konvalesen sulit didapatkan. Saya mengatakan sulit bukan kata orang lain, tetapi, mengalaminya sendiri.Â
Bagaimana saya berhasil mendapatkan plasma konvalesen?
Lima hari Ibu saya berada di ruang isolasi. Hari keenam Ibu masuk ICU. Saya mendapat pesan dari adik perempuan untuk mencari plasma konvalesen 2 labu. Saat itu juga  langsung membeli tiket ke Majalengka.
Selama dalam perjalanan yang membutuhkan waktu 10 jam, saya posting di setiap grup. Saya pun mengirim pesan pribadi ke beberapa teman yang ada di wilayah Jawa Barat, salah satunya Mak Soesilowati.Â
Mak Soesilowati menyarankan anggota grup Emak Punya Karya posting di status WhatApps masing-masing jika saya membutuhkan donor plasma.Â
Dari kompasianer ada Bu Seliara, saya memanggilnya Bu Retno. Bu Retno meneruskan surat pengantar dari rumah sakit ke temannya untuk disampaikan ke PMI Bandung Kota.