"Hayu, Teh, Mimi sudah boleh pulang hari ini," ujar adik laki-laki seraya menggandeng tanganku.
Ruang perawat itu sepi, hanya ada beberapa orang yang sibuk dengan buku dan laptopnya.
"Bener pulang, sudah sembuh dong Mimi, hasilnya negatif?" tanyaku.
"Gak tahu, pokoknya boleh pulang," ujar adikku, kali ini lebih tegas.
"Masuk duluan, aku balik ke mobil, siapkan tempatnya dulu buat Mimi."
Aku berjalan kembali ke parkiran, tetapi dari arah belakang terdengar suara Mimi.
"De, Mimi di sini, jangan lupa pisang hijaunya beli ya!"
Aku menoleh.
"Jangan beli, lupa, ternyata masih ada, De, sini saja!" sahut Mimi lagi.
Aku mendekati Mimi yang duduk di kursi roda memakai baju putih ada warna hijaunya seperti baju pengunjung pasien rumah sakit.
Seorang perawat berdiri di belakang kursi roda itu.
Aku perlahan mendekat, tetapi sosok Mimi hilang.
"Mimi, Mimi, Mimi ..."
Aku menjerit memanggil Mimi. Dada sesak menahan tangis.
Tenggorokanku makin sesak, tak kuat, pecahlah tangisku sambil memanggil, "Mimi, Mimi di mana, ayooo pulang."