Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bermaafan dengan Ikhlas, Bukan Sebatas Formalitas

13 Mei 2021   23:59 Diperbarui: 14 Mei 2021   00:05 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermaafan adalah salah satu tradisi pada saat Idul Fitri. Mulai dari antar saudara, keluarga, tetangga, sahabat, bahkan anak-anak.

Tradisi di Jawa namanya adalah sungkeman. Sungkeman biasa dilakukan dari yang muda kepada yang tua, terutama orang tua. Berbahagialah jika kita masih memiliki orang tua, karena orang tua akan menyatukan seluruh anak cucu pada saat hari raya Idul Fitri atau dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti Ibu mertua, kehadirannya di tengah-tengah keluarga menyatukan seluruh anak cucu. Setelah melaksanakan salat Idul Fitri, kami akan berkumpul untuk melakukan sungkeman, salam tempal kepada anak-anak dan makan-makan. Sungkeman ini diawali dari anak tertua kepada Ibu dilanjutkan cucu tertua hingga cicit.

Mengapa kita harus saling memaafkan?

Bermaaf-maafan menjadi salah satu perintah Allah Swt. "Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan jalan ma'ruf." (QS. Al-Araf:199)

Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita masih sering menemukan fenomena orang sulit untuk memaafkan. Suami istri tidak bisa saling memaafkan, ada orang sulit memaafkan kesalahan saudaranya. Ada juga yang sulit memaafkan kesalahan tetangga. Yang paling miris jika ada anak yang tidak bisa memaafkan kesalahan orang tua atau orang tua tidak bisa memaafkan anaknya.

Sebenarnya saling memaafkan tidak perlu menunggu lebaran. Setiap ada kesempatan untuk minta maaf, maka lakukanlah. Meminta maaf bukan berarti kita merendahkan diri sendiri, melainkan suatu keberanian untuk mengakui kesalahan.

Kita juga harus bisa menjadi pribadi pemaaf, karena memaafkan memiliki manfaat yang dasyat. Dengan memaafkan kita akan bahagia. Jika kita tidak menyimpan dendam, maka hidup akan bahagia dan penuh makna. Sebaliknya, jika kita merawat permusuhan dan menyimpan dendam, hidup itu sengsara.

Dalam sebuah penelitian tahun 2016 yang dipublikasikan dalam journal of Health psychology, "Fakta memaafkan diri sendiri atau orang lain bisa membantu seseorang terbebas dari rasa stres, defresi  serta menghindarkan dari gangguan mental."Pernyataan tersebut berdasarkan penelitian terhadap 148 orang dewasa yang mengisi kuisioner untuk mengukur tingkat stres, kesehatan mental. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa mereka yang memaafkan memiliki tingkat bahagia yang lebih tinggi. Sedangkan orang yang menyimpan dendam dan sulit memaafkan orang lain cenderung memiliki kesehatan mental yang buruk.

Dengan menjadi pribadi pendendam juga akan memutuskan tali silaturahmi. Karena dendam kepada seseorang, orang tersebut akan enggan bertegur sapa dan datang ke rumahnya untuk silaturahmi.

Maka moment lebaran adalah waktu yang tepat untuk saling memaafkan, melepaskan kesalahan, supaya kita terbebas dari tekanan jiwa dan hidup menjadi lebih bahagia. Namun, jangan sampai momen bermaafan hanya sekadar formalitas semata. Lakukan bermaafan secara ikhlas karena memaafkan adalah salah satu sifat orang bertakwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun