Hari ini 1 Syawal 1422 kita merayakan Idul Fitri. Seluruh umat Muslim menyambut dengan suka cita. Setelah sebulan melaksanakan puasa, suara takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar berkumandang di setiap penjuru negeri. Ada perasaan haru dan bahagia.
Haru akan meninggalkan bulan Ramadan yang penuh keberkahan. Bahagia menyambut Syawal karena bulan ini adalah bulan yang penuh berkah. Di mana 1 Syawal identik dengan perayaan yaitu Idul Fitri, hari kemenangan.
Yang jadi pertanyaan, menang dalam hal apa? Apakah menang karena sudah tamat menjalankan puasa sebulan penuh? Atau menang telah melawan hawa nafsu?
Kalau itu benar, lantas perempuan yang  tidak dapat menyelesaikan puasanya, orang tua yang sakit, anak-anak yang batal puasanya? Apakah mereka tidak mencapai kemenangan?
Tenang dulu, kemenangan yang dimaksud bukan seperti itu. Kita tahu, selama bulan Ramadan setiap umat melakukan kebaikan-kebaikan. Selama Ramadan bisa mengatur waktu untuk membaca Al-Quran, salat berjamaah di masjid. Sepertiga malam sahur dan salat tahajud, berempati kepada anak yatim, fakir miskin dan kebaikan-kebaikan lain.
Dengan melakukan kebaikan-kebaikan diharapankan membentuk habit sehingga setelah Ramadan akan terbentuk karakter yang baik pula. Bulan Syawal adalah bulan pertama untuk melanjutkan rangkaian kebaikan yang telah dilakukan selama bulan Ramadan.
Ada tiga kemenangan yang kita harapkan setelah melaksanakan rangkaian ibadah pada bulan Ramadan:
Pertama, Kemenangan Spiritual
Spiritual erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang bersih, jauh dari sifat syirik, sombong, congkak, iri, dengki dan lain sebagainya. Seperti yang telah dikatakan di atas, selama bulan Ramadan kita banyak melakukan kegiatan ibadah. Dengan meningkatkan ibadah dan berdoa diharapkan semua penyakit jiwa akan hilang.
Selain itu dengan memperbanyak ibadah, mendengarkan kajian-kajian islami, ketakwaan pun semakin meningkat. Takwa itu sendiri adalah terpeliharanya diri sendiri untuk tetap melaksanakan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya.
Kedua, Kemenangan Emosional
Dalam sebuah jurnal uma.ac.id ditulisakan bahwa Mayer & Salovey dan Daniel Goleman seorang psikolog mendifinisikan, "Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan seseorang yang di dalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk berempati pada orang lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa."
Kaitan teori yang diungkapkan Goleman dengan puasa di bulan Ramadan adalah selama menjalankan puasa, kita tidak hanya menahan lapar dan haus. Namun, dengan banyak berzikir, berdoa, berbuat baik, kita juga mengendalikan emosi, hawa nafsu.