Sahabatku yang budiman,
Ketika memutuskan untuk menikah, tujuan utama selain mencintai pasangan, tentu untuk meneruskan keturunan. Orang tua dari kedua belah pihak juga ingin segera momong cucu.
Cucu bagi orang tua seperti menimang harta karun. Dia akan lebih bahagia menyambut cucunya dari pada anaknya dulu. Hehe bukan dusta, saya rasakan begitu ketika melahirkan bayi. Ibu yang lebih gembira.
Waktu melahirkan saya yang Ibu rasakan katanya sakit, sakit melahirkan maksdunya. Bahagia sudah tentu ya, kan memiliki anak. Anak itu anugerah yang harus disambut dengan bahagia penuh syukur kepada Tuhan.
Penelitian yang dilakukan Katherine Burn dan Cassandra Szoeke dari University of Melbourne, "Mereka yang mengasuh cucu satu hari per pekan memiliki hasil tes kognitif dan memori yang lebih baik daripada mereka yang tidak mengasuh cucu sama sekali."
Untuk usia lanjut memorinya semakin berkurang, mudah lupa. Dengan mengasuh cucu menstimulasi memori untuk mengingat segala hal, termasuk cara menyanyi di depan anak-anak.
Namun, bagaimana jika belun juga dikaruniai momongan? Mertua, orang tua sering bertanya.
Saya sendiri sebetulnya tidak mengalami hal tersebut, karena waktu menikah selesai haid. Usia pun  masih tergolong muda menurut saya. Kata orang tua sih sudah cukup ketar ketir melintir khawatir tergelincir ke status jomblo paten.
"Kapan punya anak?" pertanyaan itu yang sering didengar dari orang tua atau orang lain ketika kita belum hamil juga. Risih, kesal, tidak nyaman tentunya. Terkadang kalau wanita baperan, bisa stress menerima pertanyaan semacam itu.
Memiliki anak ini berkaitan erat dengan kesuburan. Tidak ada salahnya kita berusaha menjaga dan meningkatkan kesuburan sejak remaja. Kesuburan juga dipengaruhi oleh gaya hidup, walaupun bukan satu-satunya faktor penyebab.Â
Marta Montenegro, spesialis gaya hidup kesuburan nutrisi yang berbasis di Florida di IVFMD, mengatakan kepada Bustle "Setidaknya ada lima hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal gaya hidup," "Termasuk apa yang Anda makan, bagaimana Anda menangani stres, dan seberapa banyak Anda berolahraga."Â Ujarnya lagi.
"There are, for example, at least five areas to consider when it comes to lifestyle,"
Dengan kata lain kebiasaan kita dan pasangan mempengaruhi akan kesuburan.