Aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatnmu. (Sapardi Djoko Damono)
Mencintai, terasa hanya milik para pecinta yang masih muda. Itu tidak benar, mencintai sesungguhnya ketika akad diucapkan. Namun acap kali cinta itu terasa hambar karena seringnya bertemu. Ada istilah dia lagi, dia lagi, dia lagi.
Dia lagi, bicara sama dia, tidur sama dia, makan sama dia, pergi sama dia, ngobrol sama dia. Aku sendiri sebelum menikah sempat bertanya kepada teman yang sudah menikah, "Tiap hari bertemu dengan suami, apa yang dibicarakan?"
Teman tertawa, "Cerita saja beras habis, uang habis, garam habis, gula habis, baju sobek, bumbu habis!" ujarnya.
Aku catat dalam hati apa kata teman itu. Namun, setelah menikah, apa kata teman itu tidak semuanya bisa diterima pasangan. Â Terkadang ada pasangan yang tidak mau tahu masalah kecil, itu urusan emak-emak di dapur, itu urusan remeh yang mudah penyelesaiannya. Ada juga pasangan yang menganggap itu penting dibicarakan. Masalah remeh dibicarakan bukan untuk mendapat solusi, tetapi mencari perhatian. Kalau untuk solusi, emak bisa segera pergi ke warung membeli garam, beras atau lainnya.
Mencari perhatian, sebenarnya bukan cari perhatian layaknya anak kecil yang nangis. Ini lebih ke cara mendapat perhatian cinta, bahasa cinta yang diungkapkan.
Bahasa cinta setiap pasangan berbeda, ada yang merasa diperhatikan, dicintai, disayang dengan sebuah kata-kata manis. Ketika pasangan diberi berlian tanpa kata manis, pasangan akan merasa tersinggung, "Apakah cintaku dibeli dengan berlian?" Mungkin itu yang ada dalam pikirannya.
Namun bagi pasangan yang merasa dicintai dengan hadiah barang, kata-kata manis dianggapnya basi, tidak penting. Dia tidak akan tersinggung jika diberi berlian tanpa kata-kata manis.
Ada juga istri yang merasa dicintai dengan sebuah perhatian, kemana-mana diantar. Pasangan seperti ini akan nyaman bepergian berdua. Ketika pasangannya tidak bisa mengantar dengan alasan sibuk di kantor, istri akan merasa suaminya tidak mencintainya lagi.
Aku selalu bersepeda dengan suami, ini bukan pandangan baru bagi pasangan yang sering melakukan aktivitas bersama di luar rumah. Namun bagi mereka yang tidak pernah, akan terasa asing dan aneh. Sehingga timbul celotehan, "Jadi ajudannya ya!"
Itulah bahasa cinta suami, bersepeda bareng menandakan dia mencintai istrinya, begitu juga istri ikut kegiatan suami di luar rumah, itu menandakan istri mencintai suami.
Bahasa cinta pasangan hanya kita yang tahu, ketika kita sudah mengenalnya, komunikasi keduanya akan lancar, bukan lagi seputar dapur.