Hari Gizi Nasional telah lewat yakni, 25 Januari 2021. Namun untuk memperbaiki gizi masyarakat belum usai. Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi remaja, seperti stunting, wasting, obesitas dan anemia.
Kemenkes mengusung  "Remaja sehat Bebas Anemia" sebagai tema Hari Gizi Nasional. Anemia masih menjadi ancaman besar bagi para remaja, padahal remaja sebagai masa depan suatu peradaban. Jika remaja bermasalah dengan gizi, maka akan melahirkan penerus yang tidak sehat,tidak  berkualitas. Selain itu, juga akan meningkatkan kerentanan penyakit pada masa dewasa kelak. Dia menjadi kurang produktif sehingga kelak tidak mendapat penghidupan yang layak.
Mengatasi masalah anemia, pemerintah telah memberikan suplemen tambah darah kepada remaja melalui sekolah. Sebagai orang tua, saya sering menemukan anak-anak remaja menyepelakan suplemen tersebut. Hal ini karena kurangnya edukasi tentang kesehatan. Keberhasilan intervensi suplementasi TTD (Tablet Tambah Darah) sangat dipengaruhi berbagai pihak termasuk orang tua.
Selain pemberian suplemen Tablet Tambah Darah pada anak remaja putri, kita hendaknya memperhatikan hal lain yang lebih penting, yakni pola hidup. Situasi pandemi, anak-anak  lebih banyak  di rumah, ini kesempatan ayah bunda memperhatikan kebutuhan gizi anak.
Penyebab kekurangan gizi sekarang bukan saja  kemiskinan, tetapi dialami juga oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Hal ini karena kurangnya pemahaman membedakan makanan yang enak dan makanan sehat.
Makanan yang bergizi tidak cukup untuk membentuk anak sehat. Kita juga harus memperhatikan kebugaran, kekuatan jasmani. Aspek jasmani bukan sesuatu yang anggap remah, apalagi pada masa pandemi anak terlalu sering rebahan sambil main game. Secerdas apa pun anak, apabila tidak memiliki kekuatan jasmani, koordinasi tubuhnya buruk, tidak mungkin dapat mengikuti pelajaran sekolah dan berkarya.
Sebisa mungkin buatlah jadwal latihan fisik pada anak, bisa berenang 3 kali dalam satu pekan. Setiap pagi lari mengelilingi komplek selama setenga jam. Atau bisa menyesuaikan kesukaan dan minat anak.
Sebagai orang tua mari kita bekerja sama meneruskan langkah Johannes Leimana dalam menanggulangi gizi buruk.
Sejarah Singkat Hari Gizi Nasional
Johanes Leimana saat itu, 1950 menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia menugaskan Prof. Poorwo Soedarmo untuk membantu menanggulangi masalah gizi buruk.
Prof. Poorwo Soedarmo akhirnya mulai dengan beberapa program. Program utama adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya gizi pada masyarakat. Namun, karena kondisi masyarakat yang buta huruf, dan kurang mampu. Pada tanggal 25 Januari 1951 didirikannya sebuah sekolah yaitu  Sekolah Djuru Penerangan Makanan atau disingkat SDPM.