"Idiot!"
"Bodoh!" teriak laki-laki tua terdengar sangar dan beringas. Dengan liarnya, mata itu menatap deretan angka pada buku rapor sang anak.
Seorang anak laki-laki menundukkan kepala, dagu nyaris menyentuh dada atas yang kurus. Dari mata yang jernih keluar butiran bening melewati kedua pipinya.
Ayah bunda, pantaskah kita sebagai orang dewasa memperlakukan putra putri kita demikian?
Dikutip dari buku karya Herlin Variani, Parent Smart untuk Ananda Hebat, setiap anak merupakan individu yang berbeda. Baik secara fisik, psikis, mimpi maupun cara berpikirnya. Kita sebagai manusia dewasa kerap keliru dalam menilai potensi anak. Begitu juga dengan memperlakukan mereka.
Setiap kelahiran anak adalah istimewa, pada dirinya tersimpan berbagai potensi. Abraham Joshua Herchel berkata, "Teka-teki manusia sesungguhnya bukan 'apakah dia?' melainkan 'bisa menjadi apakah dia kelak?'
Kita tidak tahu anak-anak akan menjadi apa kelak. Potensi yang ada dalam diri anak masih bersifat kemungkinan. Sama-sama memiliki potensi pemberani, ada yang menjadi tentara, polisi, ada yang jadi biang bandit.Â
Sama-sama memiliki kecerdasan, ada yang menjadi negarawan, ada yang menjadi penulis hebat seperti Cahyadi Takariawan, H. Agus Salim, Emha Ainun Najib, atau  Asma Nadia.
Masa depan anak sepenuhnya tidak dapat diramalkan, tugas orang tua adalah membantu menemukan potensi anak, mendidik sesuai kemampuan dan porsi mereka.
Ada banyak ragam potensi pada anak, salah satunya adalah kecerdasan linguistik. Anak yang memiliki kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan dia berbicara, tata bahasa.
"Even for their earliest reading lessons it is unnecesessary to put twaddle into the hands of children." (Charlotte Mason)