Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Luruskan Stigma tentang Penyandang Disabilitas

24 Juni 2020   17:38 Diperbarui: 25 Juni 2020   05:44 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Recehan

Setelah terbakar pada Oktober 2008 silam, Pasar besar mulai pembangunan besar-besaran dengan luas sekitar 33.000 m2 terdiri dari 3 lantai, lantai pertama dan kedua dipakai untuk menampung sedikitnya 1.616 pedagang sedangkan lantai 3 dipergunakan untuk kolam renang dan area parkir.

Menyelusuri lorong-lorong pasar guna mencari barang yang dibutuhkan haruslah membutuhkan energi, tekad dan waktu yang cukup tinggi. Saya bukan termasuk orang atau emak-emak seperti demikian, itu sebabnya mengapa jarang sekali bahkan bisa disebut tidak pernah membeli barang, sayuran ke PBM (Pasar Besar Madiun).

Pasar Kawak, itu yang sering dikunjungi, selain alasan pasar ini tidak terlalu luas, berbagai macam sayur Bandung tersedia, misalnya leunca, lobak, mentimun kecil, labu siam kecil, oncom, semua disajikan segar dan bagus, harganya lumayan bikin jebol dompet, tidak masalah kepuasan paling penting.

Entah mengapa pagi itu, barang yang  dicari tidak ada di Pasar Kawak, sedikit malas, dengan terpaksa pergi ke Pasar Besar. Setelah 1/2 jam keliling pasar, barang yang dibutuhkan tetap tidak ada, saya berjalan lunglai menuju tempat parkir yang terletak di pinggir jalan utama.

Suamiku senyum-senyum, entah menertawakan apa, apa lucu melihat aku kembali tidak membawa tentengan, entah lah, yang penting duduk manis didalam, AC diputer ke 25, cukup dingin dan sejuk

Tiba-tiba suami memulai pembicaraan dengan senyum-senyum, bahwa selama dia menunggu belanja, dia keluar dari mobil, ada yang memberi 2 uang recehan 1000 rupiah.

Untuk masa pandemi sekarang ini uang recehan cukup untuk membeli es teh manis, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah recehan dan pandangan tentang difabel.

Luruskan Stigma

Bayangkan suami memang difabel tanpa tangan, jadi mendorong orang berpikir dia pengemis, apalagi hanya memakai kaos, celana pendek dan topi.

Sebetulnya orang itu baik, ingin membantu, tapi cara pandang orang tentang difabel, itu yang salah. Baiklah, kata difabel mungkin asing, penyandang cacat itu yang familiar di masyarakat, parahnya lagi di KBBI cacat artinya, aib, kekurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun