Bangun pagi sudah menjadi rutinitas Delina. Pergi kesekolah dan melanjutkan pekerjaan membantu ibunya sudah dialaminya sejak usia 12 tahun. Ini dilakukan Delina semenjak Ayahnya meninggal dunia disaat Delina masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Mirna, ibu Delina setiap pagi mempersiapkan barang yang ingin dibawanya untuk dijual disekolah Delina. Dikarenakan tujuannya yang sama, mereka pergi bersama-sama setiap hari. Mengenakan baju sekolah dengan tas dipunggungnya sembari menggayuh sepeda beriringan dengan bu Mirna didepannya, Delina tersenyum tipis membalas senyuman orang yang searah dengannya.
Dijam istirahat, Delina bergegas menemui ibunya dan membantu ibunya berjualan. Dengan mengandalkan diri sendiri, Delina membawa jualannya dan menawarkannya kepada teman-temannya. Tiba-tiba langkah Delina tertahan ketika anak perempuan berambut pendek dan berponi dengan kulit yang putih bersih itu menghampirinya. Anak perempuan itu menatap Delina penuh makna. Seketika terbesit dalam hati Delina ada apa dengan dirinya, tetapi anak perempuan itu terus saja menatapnya tanpa ada berkata satu katapun. Delina menyapanya dengan berkata halo gadis kecil, siapa namamu? Gadis kecil itu tetap saja terdiam tak membalas dengan ekspresi apapun. Apa mau gadis kecil itu, dalam pikiran Delina. Gadis kecil itu menarik-narik baju Delina sambil menunjuk pohon yang ada disebrang jalan. Tanpa berpikir panjang, Delina memegang tangan gadis kecil itu dan menyebrang jalan untuk menghampiri pohon itu.
Lagi-lagi Delina dibuat bingung oleh gadis kecil itu. Tangannya berusaha ingin meraih sesuatu dengan ekspresi alis yang berkerut dan mata yang berlinang. Ternyata ada selembar kertas yang tertempel dipohon tersebut, dengan cepat Delina langsung membaca apa isi kertasnya. Rasanya ada yang aneh, ketika awal mula katanya adalah dicari orang hilang. Dan ternyata, setelah melihat foto yang ada dikertas tersebut, sama persis seperti gadis kecil itu. Dengan ekspresi Delina yang awalnya bingung seperti tak menentu, kini Delina mampu memahaminya. Gadis kecil yang cantik ini tidak mampu berbicara seperti orang pada umumnya, hanya saja cara untuk mengungkapannya dengan tingkah lakunya.
Lonceng bel masuk jam pelajaran selanjutnya berbunyi, Delina yang harus memilih diantara dua hal yang terjadi pada saat itupun akhirnya mendemikan untuk membantu gadis kecil itu. Untuk pertama kalinya Delina merasa ia diberikan tanggung jawab yang besar seperti ini, ditambah lagi Delina tidak membawa alat komunikasi apapun untuk menghubungi nomor yang tertera dikertas yang tertempel di pohon itu. Dengan jualan yang masi ditenteng ditangan sebelah kanannya itu, Delina pun langsung menggandeng tangan kanan gadis kecil tersebut untuk berjalan meminta bantuan ke orang lain disekitar sekolahan. Berbekal kertas yang dibawa, Delina berharap ada seseorang yang berkenan untuk membantunya. Banyak orang yang berlalu lalang selama mereka berjalan, tetapi tetap saja Delina bingung ingin meminta pertolongan dengan siapa. "Jika hanya berharap ada yang berkenan membantu, dari mana orang tau aku perlu bantuan" Gumam Delina.
Dengan jalan yang sedikit terburu-buru itu akhirnya Delina merubah harapannya menjadi tindakan. Yang awalnya Delina masih ragu untuk mempercayai seseorang agar bisa membantunya, Delinapun berencana mendatangi seorang ibu-ibu yang sedang berdiri didepan toko sepatu. Langkah Delina terhenti sejenak sambil berpikir "Apa ke ibu itu saja ya aku meminta bantuannya, karna ibu itu juga kebetulan lagi megang handphone". Delina meletakkan barang jualannya yang berisikan kue itu ke atas meja yang ada ditoko tersebut. Spontan Delina langsung menyapa ibu tersebut.
Assalamualaikum bu, boleh bantu saya bu?
"Waalaikumsalam, eh iya. bantu apa nak?" Boleh ketikkan nomor ini bu (sambil menunjukkan kertas yang dibawanya), mungkin saja ini nomor salah satu dari keluarganya (sorotan mata Delina mengarah ke gadis kecil).
Tanpa berpikir panjang Ibu itupun seakan langsung mengerti maksud dan tujuan Delina, seraya menganggukkan kepalanya sambil berkata "Ohh iya nak, boleh. Kita langsung telfon saja ya".
Tatapan mereka hanya tertuju dengan tulisan Berdering... Setelah menanti beberapa detik, telefon pertama direject. Delina melihat ibu itu beralih pada pesan, tentunya pasti berniat untuk mengirim pesan dahulu agar penerima tau kalau ini ada kabar penting. Tetapi tetap saja, setelah menanti ada 20 menitan ditoko sepatu tersebut Delina yang masih memegang tangan gadis kecil itu tetap saja belum menerima kabar. Saat menunggu, tiba-tiba Delina teringat ibunya pasti sudah menantinya disekolahan karna sebentar lagi sudah jam pulang sekolah. Delina tidak bisa menahan ungkapannya, tanpa ragu Delina langsung mengatakan terimakasih atas bantuannya kepada Ibu pemilik handphone tersebut. Ibu pemilik handphonepun sempat bertanya-tanya "Kenapa buru-buru sekali? tunggu saja sebentar lagi nak. Nanti kalau kamu sudah pergi tetapi nomor ini menelfon balik dimana ibu harus mencari kamu lagi?" Delina yang pada saat itu hanya memikirkan ibunya sajapun membalas pertanyaan tersebut hanya dengan menyebutkan nama sekolah dan nama dirinya saja. Delina langsung bergegas dan tak lupa membawa barang jualannya.
Dipertengahan jalanpun Delina masi tetap memegang erat tangan gadis kecil itu. Anehnya, Delina merasa gadis kecil itu tidak banyak tingkah. Apa mungkin Gadis kecil itu juga merasa kepekaannya terhadap Delina yang ingin membantunya?