Mohon tunggu...
nur annisah
nur annisah Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

nama saya nur annisah hobi membaca dan menggabar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengalaman Hidup

21 November 2024   09:50 Diperbarui: 21 November 2024   10:18 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya hidup sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat karena tanpa disadari pergaulan, lingkungan, serta kebiasaan orang yang ada disekitar kita akan sangat mempengaruhi gaya hidup kita. Faktor yang sangat mempengaruhi gaya hidup kita ada pendapatan penghasilan yang dimiliki seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pendapatan dan gaya hidup berdasarkan perspektif syariah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pendapatan mempengaruhi gaya hidup seseorang, dimana semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pula jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi gaya hidup adalah kepribadian, motif kebutuhan, kelompok referensi, kelas sosial, kebudayaan, dan lingkungan sekitar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa masyarakat modern yang kaya dengan teknologi dan kecanggihan juga mempengaruhi gaya hidup. Namun demikian, dalam perspektif syariah, penting untuk menciptakan kesetabilan dalam penerimaan pendapatan untuk kebutuhan konsumsi dan kehidupan. Oleh karena itu, kesadaran akan hubungan antara pendapatan dan gaya hidup sangat penting dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan keuangan dan gaya hidup.

Pengalaman merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Menurut Wasti Sumanto, faktor keturunan (hereditas) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan manusia. Hereditas dalam hal ini dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik seseorang yang diwariskan oleh orang tua kepada anaknya atau segala potensi baik potensi fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa pembentukan (konsepsi) pertumbuhan ovum oleh sperma, sebagai warisan dari orang tua melalui gen-gen. Faktor genetik menyediakan dasar biologis yang membentuk landasan predisposisi individu terhadap karakteristik tertentu. Namun, pengalaman hidup memainkan peran penting dalam mengaktifkan, memodifikasi, atau bahkan menahan ekspresi genetik tersebut. Dalam konteks ini, bukanlah sekadar genetika melawan lingkungan, melainkan bagaimana keduanya berinteraksi dan saling memengaruhi.

Pembentukan kepribadian merupakan suatu proses yang melibatkan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan pengalaman hidup seseorang. Faktor genetik mencakup warisan biologis yang diterima dari orangtua, termasuk predisposisi terhadap ciri-ciri tertentu seperti temperamen, kecenderungan terhadap kondisi mental tertentu, dan karakteristik bawaan lainnya. Sementara itu, pengalaman hidup meliputi segenap interaksi, pengaruh lingkungan, dan pembelajaran yang terjadi sepanjang perjalanan hidup individu, seperti pola asuh, interaksi sosial, pendidikan, pengalaman pekerjaan, dan budaya yang memengaruhi pemikiran serta nilai-nilai yang dianut individu. Pada dasarnya, dilema dalam pembentukan kepribadian muncul dari upaya untuk memahami sejauh mana kontribusi faktor genetik dan pengalaman hidup dalam membentuk siapa kita sebagai individu.

Namun, pendekatan ini tidaklah menutup kemungkinan bahwa kedua faktor ini saling berinteraksi secara kompleks. Faktor genetik dapat memberikan kerangka dasar, namun pengalaman hidup juga memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk pola pikir, perilaku, dan respons seseorang terhadap lingkungannya. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa pengalaman hidup juga dapat memengaruhi ekspresi genetik, melalui konsep epigenetik, yang mengubah cara gen-gen tertentu diekspresikan berdasarkan pengaruh lingkungan.

Mengatasi dilema dalam pembentukan kepribadian memerlukan pengakuan bahwa faktor genetik dan pengalaman hidup merupakan bagian tak terpisahkan dari proses ini. Keduanya saling berinteraksi dan berkontribusi dalam membentuk pola pikir, perilaku, dan kepribadian individu secara unik. Kepribadian yang berkembang dari faktor ini merupakan hasil dari kerumitan hubungan antara genetika bawaan dan interaksi dengan lingkungan sekitar, dan tidak dapat diuraikan secara sederhana atau terpisah.

Namun, melibatkan faktor lingkungan dan pengalaman hidup menambahkan kompleksitas yang signifikan. Teori pengembangan kepribadian menegaskan bahwa interaksi antara genetika dan lingkungan menciptakan keunikan individu. Pengalaman hidup, termasuk interaksi sosial, pendidikan, dan peristiwa hidup, dapat membentuk dan mengubah perkembangan kepribadian sepanjang waktu. Seseorang mungkin memiliki kecenderungan genetik tertentu, tetapi lingkungan dan pengalaman hidup mereka dapat memainkan peran kunci dalam menentukan bagaimana kepribadian tersebut muncul dan berkembang.

Dengan memahami bahwa keduanya saling terkait, kita dapat menghindari memandangnya sebagai dilema atau konflik. Sebaliknya, kita dapat menganggapnya sebagai kemungkinan untuk menjelajahi kompleksitas dan kekayaan dari setiap perjalanan perkembangan pribadi. Dengan demikian, penggabungan genetika dan pengalaman hidup dapat dilihat sebagai dasar untuk merayakan keragaman manusia. Teori behaviorisme atau behavioristik sering disebut sebagai S-R psikologis adalah tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dengan stimulusnya. Teori behaviorisme memiliki beberapa ciri-ciri rumpun yaitu: Mementingkan faktor lingkungan, Menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan mempergunakan metode objektif, Bersifat mekanis, dan reaksi atau respons.

Dengan melihat kepribadian sebagai hasil dari interaksi dinamis antara faktor genetik dan pengalaman hidup, kita dapat menghargai kerumitan kehidupan manusia. Ini bukanlah pertarungan antara dua kekuatan yang berseberangan, melainkan koreografi yang kompleks antara gen dan pengalaman yang membentuk melodi kehidupan seseorang. Sebagai masyarakat, pengetahuan ini dapat memberikan dasar untuk pendekatan yang lebih holistik dalam merancang perawatan kesehatan, pendidikan, dan dukungan psikososial yang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun