Perkembangan teknologi saat ini tentunya berdampak pada banyak hal di dunia, termasuk munculnya kecerdasan buatan. Menyusul hadirnya chatbot kecerdasan buatan bernama "GPT Chat" pada November 2022, pertanyaan besarnya adalah apa dampaknya terhadap kehidupan di seluruh dunia, termasuk  dunia jurnalisme.
Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kecerdasan buatan  (AI) telah mempengaruhi bidang jurnalisme. Kecerdasan buatan merupakan salah satu cabang  ilmu komputer yang berfokus pada otomatisasi perilaku cerdas (Chairunnisa et al., 2021:178). Masyarakat tentu mengetahui bahwa jurnalisme merupakan profesi yang dilakukan oleh masyarakat untuk melaporkan, menulis, dan menyebarkan informasi kepada masyarakat. Proses jurnalistik dulunya bersifat linier dan tentunya melibatkan banyak orang (Widodo, 2020:55), namun apa jadinya jika kecerdasan buatan akhirnya masuk ke bidang jurnalisme?
Media dan kantor berita mulai menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan informasi. Baru-baru ini, salah satu saluran televisi swasta Indonesia, tvOne, menghebohkan dunia pemberitaan dengan memperkenalkan tiga presenter berita yang lahir dari teknologi kecerdasan buatan. Kehadiran pembawa berita AI menjadi langkah baru dunia jurnalisme Indonesia menghadapi era digital. Namun hal itu juga menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi dunia jurnalistik. Tentu saja rasa was-was selalu muncul di benak setiap orang yang menjalankan profesi ini. Apakah seiring berjalannya waktu, profesi mereka akan dialihkan ke kecerdasan buatan?
Salah satunya adalah saat ini banyak pekerjaan menulis berita yang mulai dilakukan oleh robot atau dikenal dengan robot jurnalisme. Kita berbicara tentang jurnalisme robotik karena robot mempunyai kemampuan menulis berita atau informasi berdasarkan algoritma yang  diprogram oleh jurnalis. Jurnalis robot memulai dari kemampuan mesin yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan yang sesuai dengan kemampuan manusia (Clewall dan Background dalam Kim dan Kim, 2016 dalam Amran & Irwansyah, 2018:
170). Kemampuan AI pada awalnya menimbulkan pertanyaan tentang apakah mesin dapat menandingi kemampuan manusia, seperti memproses data teks.
Sistem AI menjalankan proses dalam ruang transparan, dan otomatisasi data terjadi melalui kemampuan sistem AI. Jurnalis robot menulis artikel menggunakan data populer yang dikenal sebagai data besar (big data). Big data adalah kumpulan data dengan skala dan kompleksitas yang membantu mengumpulkan, memproses, dan menganalisis data selama periode waktu tertentu.
Sistem AI yang memproses big data terkait dengan jurnalisme robot dalam produksi berita. Konteks robot disini bukanlah robot yang terlihat melainkan robot yang tampil sebagai suatu sistem dan telah diprogram dengan software. Namun saat ini robot jurnalisme lebih banyak digunakan dalam bidang olahraga, karena dalam setiap pertandingan olahraga banyak data statistik yang dijadikan informasi olahraga.
Selain tvOne, Beritagar.id bisa dikatakan sebagai agensi media pertama di Indonesia yang menggunakan kecerdasan buatan dalam proses produksi beritanya. Terkait peran redaksional Beritagar.id dan proses jurnalistik yang dilakukan oleh jurnalisme robot, keduanya saling bergantung dan berkolaborasi dalam mengolah informasi. Jurnalisme robot melakukan proses internalisasi berupa pengolahan informasi yang disajikan dalam sebuah artikel, serupa dengan karya jurnalis.
Pada saat yang sama, tim redaksi terlibat dalam implementasi awal jurnalisme robot, khususnya menyiapkan database dan menyiapkan template yang dapat digunakan berulang kali. Selain itu, mereka juga melakukan proses evaluasi secara berkala, misalnya dengan meninjau artikel-artikel yang diterbitkan dan kemungkinan kesenjangan yang perlu diatasi dalam pengembangan jurnalisme robotik (Amran & Irwansyah, 2018:176).
Integrasi yang baik antara jurnalis dan teknologi kecerdasan buatan dalam proses produksi berita merupakan tantangan yang signifikan. Meski kecerdasan buatan dapat menghasilkan banyak informasi, namun manusia tetap proaktif dan melakukan analisis untuk menjaga kualitas informasi. Selain itu, etika jurnalistik dalam penggunaan kecerdasan buatan masih menjadi tantangan penting dan kecerdasan buatan masih memerlukan perhatian karena ini mungkin menyangkut masalah seperti hak cipta atau  privasi pribadi.
Tentu saja jurnalisme robot yang didorong oleh kecerdasan buatan memiliki dampak positif dan negatif. Seperti contohnya, orang-orang secara teratur memeriksa prakiraan cuaca di masa depan sehingga AI dapat memberikan informasi rutin tentang prakiraan cuaca di masa depan. Meskipun tidak selalu akurat, AI akan membantu menyampaikan berita dan membantu orang menentukan apa yang harus dipersiapkan. Seperti disebutkan di atas, AI juga mampu menganalisis big data yang dihasilkan sehingga memudahkan jurnalis untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam. Selain itu, AI dapat menghasilkan informasi dengan cepat dan konsisten sehingga Anda dapat menerima pembaruan secara real-time.
Sekalipun informasi datang dengan cepat, tentu tidak luput dari beredarnya misinformasi yang belum terverifikasi sebelum disebarluaskan. Hal ini merupakan tantangan yang muncul seiring dengan berkembangnya kecerdasan buatan yang ada. Selain itu tentu masih banyak tantangan lainnya. Salah satunya adalah keputusan penggunaan AI di bidang jurnalis. Meski teknologi AI mampu mengolah big data, namun jurnalis perlu  mempelajari secara mendalam  cara memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membuat berita.