Mohon tunggu...
Sri Puji Rahayu
Sri Puji Rahayu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pembimbing di Panti Sosial. Menulis untuk belajar dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

harta titipan

29 Agustus 2012   02:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B: “Kemarin Sabtu Ketika saya
nongkrong di pasar, saya lihatP datang
membawa sesuatu. Begitu melihat saya, ia langsung pergi menghindar.Karena curiga, saya minta tolong seseorang
untuk mengawasidan mencatat tentang apa
yang dibawa, dijual serta siapa pembeli dan berapa harganya”. Jadi sekarang ayo
kita datangi pembelinya”.

Singkat
cerita mereka berdua segera mencari orang yang kemarin membeli burung Wambie.
Pembeli itu juga memberi tahu bahwa selain burung dan setrika, P juga
menawarkan sebuah mesin jahit warna putih. Spontan aku cari sebuah mesin jahit
Zig Zag merk Singer yang kumasukkan
dalamdos dan kusimpan dikolong
tempat tidur. Ternyata yang aku cari memang tak ada.

Betapa
kecewanya hatiku. Mesin Zig-Zak yang sudah bertaun-tahun aku impikan, harus
lenyap begitu saja, Tapi aku segera sadar, bahwa segala yang ada padaku,
hanyalahtitipan belaka. Maka saya harus
ikhlas menerimanya.

Lima
hari sudahdari peristiwa itu. Semua
pemuda di kampungku mencari P belum juga ada tanda-tanda ketemu. Rasanya sudah
tak ,mungkin barang-barang itu bisa ketemu.karena selain sudah terjual,uangnya
juga sudah habis dipakai oleh penjualnya. Maka seandainya ketemu barangnya,
tentu kami harus menebusnya kembali. Begitu jalan pikiranku. Disela-sela rasa
putus asa, kami hanya bisa berdoa mohon pertolongan pada Yang Maha Kuasa. Disamping itu saya juga berintrospeksi dan mengingat kembali saat kami baru saja membeli mesin itu. Masih jelas dalam ingatanku, begitu mesin terbeli saya memberikan bantuan pada salah satu orang yang sangat membutuhkan, dengan niat membayar zakat mal atas tambahan harta yang kumiliki itu.

Setelah
seminggu, P yang kami cari, datang kerumah yang berada disamping rumahku.
Langsung para pemuda menanyakan perihal barang-barang milikku yang hilang. Hingga
akhirnya mengaku dan barang itu disita Polisi. Dengan melewati persidangan di
meja hijau, mesin jahitdan seterika itu
dikembalikan padaku, tanpa harus mengganti uang.

Sejak
itu aku terkadang merenung: “ Inikah khikmah membayar Zakat mal pada saat kita
dapat membeli sesuatu atau saat mendapat rizki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun