Saat terjun di dunia kerja, tentu kita mengharapkan lingkungan kerja yang nyaman dan membuat kita betah. namun fakta di lapangan terkadang menunjukkan hal yang berbeda.Â
Ketika kita diterima kerja tentu kita akan merasa bahagia dan senang. Namun setelah terjun di dunia kerja kita justru dibukakan sebuah fakta bahwa lingkungan kerja itu tidak selalu menyenangkan.Â
Menemukan tempat yang nyaman dan sesuai dengan keinginan kita tentu sepertinya mustahil dapat kita temukan kecuali jika kita memulai usaha sendiri. Namun terkadang kita juga tidak punya pilihan untuk meninggalkan tempat kerja, dan hal ini tentu berdampak pada kinerja kita di tempat kerja. Lalu apa yang harus kita lakukan?Â
Sebelum menentukan langkah apa yang perlu kita ambil ketika menghadapi lingkungan kerja yang toksik. Alangkah baiknya kita membahas penyebab dari lingkungan kerja yang toksik tersebut. Kalau menurut penulis, ada dua hal yang menyebabkan lingkungan kerja menjadi toksik atau racun bagi para penghuninya.Â
Pertama, Atasan atau Pimpinan
Hal pertama yang menyebabkan lingkungan kerja menjadi toksik adalah atasan. Dalam hal ini atasan yang memiliki sifat tidak objektif, tidak mau menerima saran dan bersifat otoriter bisa menyebabkan lingkungan kerja menjadi tidak kondusif dan toksik.Â
Hal ini karena pimpinan mempunyai peran penting dalam lingkungan kerja. yaitu sebagai pengambil keputusan dan pembuat kebijakan.Â
Jika pimpinan tidak mau menerima saran, maka anak buah tentu menjadi tidak respect dan hal pun berdampak pada kepatuhan anak buah kepada atasan atau pimpinan. Sebagai pimpinan tentu seharusnya bisa menjadi contoh atau teladan bagia anak buahnya. Bukan karena jabatannya dia bertindak sewenang-wenang.Â
Saya pernah mengalami hal seperti ini. Di mana atasan saat justru membuat kebijakan sesuai dengan keinginaannya sendiri. Padahal saat rapat kami sudah memutuskan dan sepakat untuk memutuskan suatu hal. namun dalam praktiknya justru atasan tersebut melakukan hal yang berbeda dengan hasil keputusan yang diputuskan saat rapat.Â
Karena hal ini, banyak anak buah yang kemudian kecewa dengan perbuatan atasan tersebut, namun tidak ada yang berani membantah atau memberi nasihat karena hal tersebut terasa percuma.Â
Sejak itu, banyak anak buah yang enggan untuk mengikuti rapat. Berbagai alasan pun dibuat termasuk saya. Karena saya kecewa dengan tindakan pimpinan yang memutuskan suatu hal secara sepihak.