Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Artikel Sri Patmi: Teman Toksik, Suka Ngusik? (Part 5 Si Kadrun)

22 Oktober 2021   08:17 Diperbarui: 22 Oktober 2021   08:22 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : seword.com

Dunia kerja akan selalu penuh warna dan makna dengan kehadiran banyak peran dan aktor yang berlaga. Salah satu teman toksik yang suka ngusik adalah kehadiran Si Kadrun. Kadrun disini merujuk pada akronim dua kata yaitu kadal gurun. Pemaknaan leksikal terhadap karakter orang yang berpikiran sempit, suka memecah belah, mengadu domba, mengkotak-kotakkan bahkan menggiring opini banyak orang yg untuk membenci seseorang atau suatu kelompok untuk memenangkan kelompoknya sendiri/kelompok tertentu. 

Biasanya ia akan terus menyampaikan keburukan lawannya agar terus terpuruk dan jatuh Dimata atasan. Sementara kesalahan atas kelompoknya sendiri dikaburkan. Diawali dengan membentuk kelompok yang sepemahaman, penanaman ideologi yang sama, aksi hatespeech, bahkan menjatuhkan orang lain dimulai. Gerakan Kadrun bersifat sporadis. Pengaruh yang dimunculkan berupa sophistry, spin doctor yang baik Dimata publik. Terkesan membela maslahat umat padahal dibalik itu ada niat buruk yang tersirat. Kadrun berpikiran kerdil. Sudut pandangnya merujuk pada tendensi negatif. Alih-alih bersikap mawas, jika ditarik benang merah apa yang dilakukan justru negative thinking terhadap suatu masalah. Pintarnya si Kadrun, ia akan menggiring opini sesuai dengan kepentingannya. Terkadang, dogma agama yang dijadikan kedok untuk menutupi segala tindak tanduknya. 

Sekilas Tentang Kadrun 

Kadrun (singkatan dari kadal gurun) adalah sebuah julukan yang ditujukan kepada orang-orang yang dianggap berpikiran sempit, terutama yang dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme dan fundamentalisme dari Timur Tengah, untuk menstigma pihak yang dicap radikal. Sejak 13 September 2019, tren pengucapan kadrun mengalahkan tren volume penyebutan cebong dan kampret.

"Kadal gurun" kemungkinan mengacu pada dhab, sejenis kadal yang umumnya tersebar di gurun-gurun Timur Tengah.

Faktanya menurut Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam ia menjelaskan istilah Kadrun, baru muncul setelah Pilkada DKI 2012 hingga Pilpres 2019, setelah munculnya istilah kampret dan cebong. Istilah kadrun belum ada saat era PKI masih ada. Menurut Asvi, istilah-istilah seperti kadrun, cebong, dan kampret, itu bersifat memecah belah. Ini tidak sehat. "Istilah-istilah tersebut yang memecah belah, mengelompokkan kawan dan lawan yang berkelanjutan".

Bagaimana jika bertemu dengan Si Kadrun? 

Bermain cantik, mainkan strategi menjadi gurun. Kadrun senang tinggal di gurun, maka jadilah gurun. Tempat tinggal bagi si kadal. Maksudnya adalah gurun bersifat panas, lembut dan menenggelamkan. Jadilah lihai terhadap karakter orang seperti ini. Harus pandai menyikapi, kapan harus tenang dan kapan harus menenggelamkan. Jangan terkecoh dengan permainan kadrun. Biasanya ada jenis permainan yang dimainkan untuk menghabiskan waktu dan menguras tenaga. Bukan hanya ditempat kerja saja, Kadrun dapat ditemui dimanapun. Kadrun akan menempatkan diri pada Piramida yang paling bawah. Dimana kuantitas orang yang berada pada Piramida paling bawah lebih banyak dan massif.  

Jika masih senang berada dilingkungan tersebut, silakan bermain gemulai seperti gurun. Jika sudah merasa cukup untuk main-main bersama karakter orang seperti ini, maka tinggalkan. Disisa umur kita yang cukup berharga ini, lebih bijak jika kita memanfaatkannya untuk sesuatu yang produktif dan abadi untuk dikenang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun