Pandemi covid-19 telah memberikan dampak pada lini kehidupan. Efek domino yang dirasakan menyentuh berbagai lini. Berbagai bentuk perubahan hidup yang terjadi belum tentu dapat memberikan efek positif bagi diri. Beberapa hal justru menimbulkan kondisi tekanan dan beban mental. Jika dibiarkan dan tidak segera ditangani, hal ini akan berakibat buruk terhadap kesehatan mental dan jiwa. Hal ini akan diperparah dengan keadaan fisik diri yang bergerak secara kompulsif dan impulsif. Bergerak sesuai dengan insting yang berbicara saat itu. Ketika hal buruk telah terjadi, hanya dapat menyalahkan diri sendiri dan muncul tendensi bahwa kita adalah orang yang paling sengsara sejagad raya. Muncul banyak anggapan jika diri ini adalah orang yang paling menderita didunia ini dan tidak pantas hidup bersama dengan manusia lainnya. Mengisolasi seakan kehidupan ini telah hancur.Â
Manusia dibekali dengan berbagai bentuk kesempurnaan yang begitu kompleks. Hal yang kompleks ini akan menjadi rumit jika tidak ditata dengan baik. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah membangun "SELF COMPASSION" didalam diri.Â
Self Compassion dikemukakan oleh Kristin Neff seorang profesor di University of Texas di departemen psikologi pendidikan Austin. Dr. Neff menerima gelar doktor dari University of California di Berkeley, mempelajari perkembangan moral. Dia melakukan dua tahun studi postdoctoral di University of Denver mempelajari pengembangan konsep diri.Â
Secara umum,self Compassion dapat dipahami sebagai mengasihi diri sendiri. Bayangkan saja, ketika orang lain merasakan kesulitan atau tertimpa musibah, sikap kita akan membantu, memberikan kasih, memberikan kepedulian dan ikut berempati terhadap penderitaan orang lain. Lalu bagaimana jika diri sendiri yang tertimpa musibah atau kesulitan? Hal yang sama kepada orang lain jarang sekali dilakukan. Jarang sekali kita melakukan kebaikan untuk diri sendiri atau mengasihi diri sendiri. Kebanyakan yang terjadi hanyalah menghakimi diri sendiri.Â
Setelah ini, mari kita sama-sama melek psikologi. Berusahalah untuk mengasihi diri sendiri. Bicaralah dengan diri sendiri, memahami diri tanpa menghakimi. Tiga komponen pokok yang harus diketahui dalam mengasihi diri sendiri adalah sebagai berikut :Â
1. Self KindnessÂ
Hentikan segala bentuk penghasilan terhadap diri sendiri. Seakan segala bentuk kesalahan yang terjadi adalah bentuk kebodohan dan dengan kasar memperlakukan diri serendah-rendahnya. Padahal, diri Anda itu berharga. Kurangi untuk berfokus pada kesalahan dan mencari solusi atas segala permasalahan. Terpuruk dan putus asa adalah sebuah kewajaran, jika terus menerus hal itu menjadi toxic dalam diri. Sampai kapan akan terus terpuruk? Life Must Go On! Berbuat baiklah terhadap diri sendiri, bangun kepercayaan diri Anda untuk bangkit dengan segala kegagahan yang dimiliki.Â
2. Common HumanityÂ
Common Humanity merupakan sikap untuk membangun diri lebih memahami jika peristiwa didalam kehidupan manusi ini luas dan umum terjadi pada manusia. Jadi, jika Anda merasakan kesengsaraan, , lihat secara luas jika penderitaan itu bukan hanya Anda yang merasakan. Jika Anda gagal, lihatlah sekelas Einstein atau ilmuwan dengan berbagai penemuannya yang bombastis telah gagal berkLi-kali. Jika Anda dipecat saat pandemi terjadi, lihat sekitar Anda, bukan Anda saja yang mengalami itu? Jangan hanya berfokus pada keadaan diri yang merasa gagal, merasa tidak bisa dan merasa bodoh ketika penderitaan itu terjadi kepada Anda. Justru disini, momen yang tepat untuk menumbuhkan diri ke ih tinggi lagi. Anda dipecat dari perusahaan, coba untuk kembali pada alam, bekerja dan berusaha dengan agrobisnis. Rangkul teman-teman anda yang mengalami hal sama untuk bersama dan berjuang keluar dari penderitaan. Jika si A memiliki lahan, si B memiliki modal uang pesangon, si C memiliki tenaga untuk mengolah tanah, si D memiliki pengetahuan bertani. Rangkul dan bangun sebuah kemandirian dalam diri untuk tidak bergantung.Â
3. MindfulnessÂ
Menyadari jika pikiran dan perasaan yang kita rasakan adalah sebuah kewajaran dan menyelaraskan keduanya agar tidak secara berlebihan merespons sebuah penderitaan. Kesadaran ini yang akan menguatkan manusia untuk bergerak lebih dalam lagi pada upaya produktif membangun diri yang lebih baik.Â