Dalam persemayaman aku selalu berlari menuju imaji hati yang terkungkung oleh benci
Meneriaki diri yang tak mampu berbuat hanya mulut yang terus mencaci
Kuusir gelisah yang tak lagi mendarat pada ujung lidah yang kini dikerangkeng jeruji
Kutapaki hati yang mulai hampa ketika malam hadir dengan segala kesunyian yang menguji
Nampak sombong seakan hidup penuh keajaiban yang bernyali
Kebodohan bertengger diatas ego yang mulai tak terkendali
Memperebutkan tahta dan kekuasaan layaknya sebuah medali
Perburuan kaum badut berdasi yang asing dengan kata peduli
Omong kosong dengan kata yang bersifat basa basi
Intrik dan kepalsuan janji sajian nyata bagi pengejar halusinasi
Jeritan kelaparan menjadi tontonan hiburan tanpa rasa frustasi