2. Orang Tua juga Memiliki Pendidikan untuk Menjadi Coach, Trainer dan TerapisÂ
Harus ada yang menjembatani antara ideologi orang tua dan anak. Jembatan keduanya adalah sama-sama saling belajar, orang tua belajar mengerti keinginan dan kebutuhan anak dengan sentuhan seorang psikolog. Jadikan orang tua adalah satu-satunya lembaga konsultasi bagi anak.Â
Tentukan cara mendidik sesuai usia mereka. Berikan hadiah dan hukuman untuk menunjukkan jika kehidupan ini berjalan seimbang diantara keduanya. Orang tua juga harus menjadi sekolah pertama bagi anak. Jika anak sudah mengerti makna sekolah yang sesungguhnya dalam lingkungan keluarga, berikan ia kebebasan untuk mengaplikasikannya dengan teman sebayanya. Bagaimana anak harus bersikap, menentukan pilihan, mengembangkan segala potensinya dengan pengawasan orang tua.Â
SUDUT PANDANG ANAKÂ
1. Kesiapan mental untuk menerimaÂ
Kematangan mental seorang anak dapat dilihat dari caranya berpikir dan mengenali lingkungan sekitarnya. Bagaimana ia menjadi roleplayer dalam ruang lingkup lingkungan kecil. Kematangan itu dapat dilihat dari caranya mengejawantahkan nilai yang ditanamkan pada sekolah pertama, lingkungan keluarga. Nilai itu memang tidak terlihat tetapi dekat dan mampu dirasakan. Bagaimana seorang anak membentuk lingkungan, bukan lingkungan yang membentuk anak. Disitulah indahnya seni mengajar.Â
2. Membangkitkan Semangat Jiwanya yang masih padam.Â
Kehadiran lingkungan luar seperti teman sebaya, keluarga, dan pendidikan adalah bentuk benturan untuk membangkitkan jiwanya. Disini, anak akan mencoba mengenali dirinya sendiri. Siapa dirinya sesungguhnya? Nilai kebenaran apa yang sedang ia anut. Daya berpikir kritis ini butuh dipupuk dengan sebuah benturan ego. Anak kecil berkelahi dan bertikai, ia akan mengetahui benarkah itu bentuk ego/sebatas kenakalan semasa kecil?Â
Dari sederetan persiapan internal dan eksternal, maka akan diperoleh keputusan dengan metode fenomena bola salju. Dimana segala bentuk informasi yang terkumpul menjadi sebuah bola raksasa sumber kekuatan bagi anak untuk menghadapi lingkungan sekolah, pendidikan, teman dan keterasingan dari norma yang baru saja ia terima pada lingkungan baru. Bekal ini dianggap sebagai fundamental dalam penentuan pilih sekolah yang tepat. Apapun niat dan maksud orang tua dengan segala nilai kebaikan bagi anak, belum tentu nilai kebenaran yang patut untuk ditetapkan pada anak.
Sekolah bagi anak memang penting, tetapi apakah bekal yang diberikan sudah cukup?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H