Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Artikel Sri Patmi: Dangiang Galuh Pakuan Gunung Salak

25 Desember 2020   23:00 Diperbarui: 25 Desember 2020   23:15 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bukan seorang pendaki, pemanjat tebing atau hal hebat yang digaungkan oleh orang sekedar mendapat pengukuhan telah menaklukkan puncakmu diatas kekuatan kakinya. Aku hanyalah orang yang berjalan. Berjalan menjadi sebuah kelaziman. Ukuran kakiku tak sebesar langkah kaki Gunung Salak jika ia harus beranjak pergi dari tempatnya. 

Diantara 4 jalur pendakian umum diantaranya Pasir Reungit, Cidahu, Cimelati dan Giri Jaya. Aku menyenangi Pasir Reungit dan Cidahu. Disana kita akan memandang Kawah Ratu dengan cara yang berbeda. Kau yang ada di Cidahu akan melihat Kawah Ratu dari ketinggian dan dari atas. Aku yang memulai dari Pasir Reungit akan merasakan nikmatnya bermandi kabut bersama dengan ratu disini. Disini, aku melihat pertemuan dagu dan lutut. Disaat tali menggantungkan kepala dibawah dan kaki diatas karena tersangkut.

Jika mencari banyak referensi tentang Gunung Salak, dunia maya sudah gencar memberitakan keagungannya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Salak

https://phinemo.com/tips-pendakian-gunung-salak/

Bahkan ceritanya pun sudah disampaikan dari mulut ke mulut. Oke.. stop.. kita tidak akan membahas masalah unsur mistis tersebut. Aku hanya ingin semua orang didunia memandang Gunung Salak bukan hanya sekedar agung, tetapi ia adalah wujud bentuk pengabdian setiap makhluk ciptaan kepada Sang Penciptanya. 

Gunung Salak selalu menunjukkan warna peraknya dari sudut perspektif yang tak bisa dilihat secara kasat mata. Pastinya ada sebuah anugerah yang dititipkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada sosok perak ini. Hingga kita pernah mendengar legenda Prabu Siliwangi dan Gunung Salak. Sumber.

Dari sini sudah dapat dijelaskan bahwa setiap yang dititipkan anugerah adalah orang yang amanah menjalankan titah. Disini, aku bukan untuk taraf meyakinkan siapapun. Jadi, semua yang ada dalam artikel ini bukan untuk mendogma, hanya berusaha terbuka dan melihat dari sudut pandang kacamata berbeda.

Titah apa yang sedang dijalankan oleh Gunung Salak?

Sabda apa yang disampaikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada tiang penyangga kota hujan ini?

Hingga saat ini, aku masih sangat meyakini bahwa tempat ini adalah yang melingkar dan bergerak. Mengungkung setiap keangkuhan menjadi luruh. Peraknya akan terasa silau jika diliputi oleh halimun yang bergerak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun