Semua tanya itu bukan retorika. Kenapa ada retorika yang akhirnya menimbulkan celah untuk menerka? Setiap tandanya selalu ada. Tanya dengan tanda tanya. Tanya dengan tanda titik.Â
Tanya dengan tanda koma. Tanya dengan tanda petik. Semua mengandung makna yang berbeda-beda. Tanya retorikaku masih seputaran hal yang sama dan dibuat berputar-putar. Sama halnya dengan putaran spiral melingkar masuk kedalam kepala.Â
Maka dari itu tak ada siapapun didalamnya. Termasuk aku, yang hilang entah kemana berganti cerita. Tergantikan sudah masa menjadi massa. Neraca timbangannya berbeda. Dihitung jumlahnya sudah tak terhingga.Â
"Mana yang dipilih, massa atau berat" (tanda petik bukan tanda tanya)Â
Aku memilih massa.Â
Ujar mulut yang bungkam ketika dihadapkan pada tanya yang perlu jawab, bukan retorika. Berhenti sampai disitu saja. Perginya seutas kapas takkan memiliki massa. Takkan berasa. Jadi sudah lepaskan saja ia melayang dan bebas.Â
Ringannya akan membawa terbang dan membebaskan dari belenggu massa. Dimana setiap perempuan, takut jika ditanya masalah massa. Banyaknya menjadi momok yang begitu seram. Bertambah 0,000 sepersekian gram sudah kelimpungan.Â
Aku sendiri pernah bertanya pilih massa atau berat? (Tanda tanya bukan tanda petik)Â
Seringan kapas aku bertanya. Sejujurnya aku sendiri pun tak perlu jawab, tapi mengapa menggunakan tanda tanya? Padahal sudah jelas jawabannya. Dihitung dari apapun tetap saja kau akan memilih massa. Aku tahu kau juga bukan orang yang membabi buta tanpa alasan dalam bertindak. Kan konyol saja jika pilihanmu jatuh pada berat, meski kebanyakan orang salah kaprah dengan massa dan berat.Â
Padahal sudah tahu, tapi seperti sengaja menyayat pergelangan tangan sendiri. Mengajak menghitung volume darah yang mengalir dengan massa. Satuan ukurannya gram dan kilogram lazimnya.Â
Neraca tak mampu menampungnya. Kau sudah sinting! Â Jelas saja, darah itu satuannya mililiter. Mili dari pandanganmu mengalir. Makin gila lagi dibuatnya, kau mencampuradukkan, melakukan cocokologi sana sini.Â