Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Artikel Sri Patmi : Maha Dahsyat Ledakan Cahaya Sang Surya

24 Desember 2020   19:27 Diperbarui: 24 Desember 2020   19:37 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari masih bersinar menampakkan cahayanya dibalik semburat awan yang masih cirrocumulus. Hampir setiap waktu matahari selalu seperti itu. Menyinari sepanjang waktu dengan mengikuti sistem tata surya yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Setiap planet berputar dan mengelilingi sang surya. Menyinari semua makhluk bahkan jagad raya yang luas ini. Memberikan energi bagi mata manusia untuk melihat keagungan-Nya dengan cahaya. Kita takkan pernah melihat sesuatu dengan jelas tanpa bantuan cahaya.

Terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat melintasi garis khatulistiwa. Setiap bagian yang tersinari oleh sang surya mendapat manfaat dan membantu suatu proses agar berjalan lancar. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk membantu proses fotosintesis. Bahkan gerakan tumbuhan seakan merambat menuju cahaya matahari sudah menjadi bukti nyata bahwa tanaman membutuhkan matahari. Selain itu, cahaya matahari yang masuk dalam stomata tumbuhan akan diubah menjadi oksigen yang menghidupi makhluk lain seperti manusia, hewan dan lain-lain.

Siklus ini akan teratur dan berulang membentuk tatanan sistem apapun namanya. Sistem fotosintensis tumbuhan, sistem pernapasan manusia, dan lain-lain. Semua itu tercipta dari proses berbagi yang panjang. Terus menerus dilakukan dan konsisten dalam tatanan daur yang berulang. Sang surya terbit berdasarkan titah Sang Maha Memberi dan Maha Berbagi. Seberkas cahaya yang akhirnya menjadi memberi pencerahan bukan hanya untuk realitas kehidupan sehari-hari tetapi juga menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia. Menguatkan keimanan kita atas segala penciptaan yang Maha Sempurna. Begitu luar biasa mahakarya yang tercipta terhadap semesta yang luas ini.

Matahari dan bumi memiliki jarak yang cukup jauh. Dalam ruang kehampaan dengan jarak 150.000 km, tetapi kita masih bisa merasakan proses berbagi dari matahari itu sendiri. Bayangkan saja, jika kita berjalan kaki, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai muka bumi menyinari makhluk. Laju gerak berbaginya tak terhalang oleh jarak. Hingga muncul banyak penemuan untuk menggambarkan keagungan sang surya ditatanan kehidupan manusia. Penggambaran tersebut jelas termaktub dalam QS Al Anbiya Ayat 33 dengan arti "Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar didalam daris edarnya". Dalam QS Yunus ayat 5, keagungan berbagi konsep Tuhan ditulis jelas dalam Firman Allah "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haqq (benar). Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui". Dari dua pedoman ini, kita sudah mengetahui proses berbagi itu menciptakan banyak hal dalam kehidupan yang telah kita nikmati dan bermanfaat untuk kita semua. Bukan hanya cahayanya saja, tetapi pergerakannya mencipta perhitungan waktu. Dari jarak yang begitu jauh, cahayanya masih terasa hingga ke kulit halus yang selalu takut jika hitam karena cahayanya. Padahal pigmen kulit membutuhkan cahaya matahari. Pada saat siang hari, cahaya lampu harus dipadamkan karena ada cahaya matahari yang masuk menyinari. Jika matahari tidak menyinari, berapa beban listrik yang harus dibayar manusia setiap bulannya? Dilansir dari buku Tafsir Ilmi "Manfaat Benda-Benda Langit dalam perspektif Al Quran dan Sains" yang disusun oleh Mushaf Al Quran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berisi tentang cahaya matahari sebagai penerang tata surya. Luminositas atau daya matahari mencapai 390 triliun-triliun (dengan 24 tambahan angka nol) watt. Lampu di rumah kita berapa watt?

Dalam Teologi Kristen, Mazmur 84:12 sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai. Mazmur 74:16 "Punya-Mu lah siang, punya-Mu lah malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan matahari. Mazmur 104:19 "Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya". Buddha Gautama menguraikan adanya semesta dalam pembicaraan dengan Bhante Ananda (salah satu murid utama Buddha Gautama) yang termuat dalam Ananda Vagga, cuplikan kitab tersebut adalah "Ananda, apakah kamu pernah mendengar mengenai seribu sistem tata surya kecil?" (sahassa culanika loka dhatu). Penjelasan Buddha ""Sejauh bulan dan matahari bergerak pada orbitnya dan menerangi semua penjuru dengan cahayanya hingga mencapai seribu sistem tatasurya. Pada seribu sistem tatasurya ada seribu bulan, seribu matahari, seribu Sineru raja semua gunung, seribu jambudipa, seribu aparayojana, seribu utara Kuru, seribu Pubbavideha, empat ribu samudra besar, empat ribu maha raja, seribu surga Catumaharajika, seribu surga Tavatimsa, seribu surga Yama, seribu surga Tusita, seribu surga Nimanarati, seribu surga Parinimmita Vasavatti, dan seribu alam Brahma. Inilah yang disebut seribu tatasurya kecil (sahassa culanika loka dhatu).

Dilansir dari Wikipedia, dalam dunia pengetahuan sendiri, kita mengenal istilah laju cahaya atau kecepatan cahaya yang disimbolkan dengan c. Sebuah konstanta fisika universal yang penting dalam banyak bidang fisika. Nilai presisinya adalah 299.792.458 meter per detik (kira-kira 3,0010 pangkat 8 m/s), karena panjang meter didefinisikan berdasarkan konstanta ini dan standar internasional waktu. Kecepatan cahaya ini berkembang luas dalam teori-teori lain yang berguna untuk kepentingan dan maslahat banyak orang. Gelombang cahaya dan perambatan cahaya ini pada akhirnya digunakan untuk ilmu kedokteran, kesehatan dan satuan jarak.

Sebagaimana yang kita ketahui, matahari adalah bola api yang begitu besar. Temperatur di permukaan matahari adalah 6.000 derajat celcius dan 12.000 derajat celcius didalamnya. Bayangkan saja jika suhu tersebut menyentuh kulit kita saat ini. Tetapi kita menerima wujud berbagi dari sang matahari melalui caranya yang lembut dan menyentuh. Tidak merusak apalagi menghancurkan. Sinar 6.000 derajat itu mengkonversi menjadi energi yang bermanfaat.

Jika sang surya berbagi dengan membawa konsep keagungan Tuhan, bagaimana dengan manusia sebagai kesempurnaan penciptaan Tuhan, dibekali akal pikiran dan nurani?

Sebagai makhluk yang diciptakan sempurna, Sudah selayaknya manusia sebagai pemimpin mengambil unsur alam berupa bumi, matahari , api, samudra, langit, angin, bulan dan bintang dalam menjalani kehidupannya. Delapan unsur alam ini adalah representasi kearifan sifat yang dimiliki oleh Sang Pencipta melalui alam semesta. Meniru sifat berbagi matahari, manusia akan merasakan keagungan Yang Maha Kuasa. Melalui matahari, manusia menampilkan diri sebagai sosok yang memberi sinar inspirasi, memancarkan cahaya kehidupan didalam masyarakat dan mendayagunakan untuk kemajuan jangka panjang. Mengubah sesuatu yang gelap menjadi terang. Mengubah energi besar itu lebih bermanfaat. Memiliki kebesaran tetapi arif dalam menggunakan kekuatan itu. Situasi membahayakan menjadi aman dan damai. Pengejawantahan essensi sifat keagungan Sang Pencipta melalui matahari ini dipersonifikasikan dalam bentuk sikap kepemimpinan manusia.

Dalam Yasadipura I (1729-1803 M), pujangga Keraton Surakarta menuliskan dalam Hasta Brata sebagai 8 prinsip kepemimpinan sosial yang meniru filosofi atau sifat alam, termasuk sifat berbagi sang surya/ mahambeg mring suryo (meniru sifat matahari). Memberi kehangatan sinar kehidupan, kekuatan hidup, selalu ikhlas dan tabah, cinta yang tulus, setia pada tujuan. Berbagi adalah bentuk pengabdian tiada batas seperti matahari. Sang surya adalah permulaan yang mengakhiri, akhir yang mengawali. Bisa menjadi sang surya, manusia memiliki keluasan, kedalaman, ketinggian, keagungan dan kebesaran mengenal Tuhan. Apalagi jika dipadukan dengan 7 unsur lain dalam hidup ini (https://psikologi.ugm.ac.id/hastabrata-filosofi-kepemimpinan-kompleks-dan-ideal/). Nilai keluhuran dapat dijamah dengan berbagi. Maha Sempurna Sang Pencipta, menunjukkan besarnya nilai berbagi dalam darah yang mengalir. Akhir kata, tetaplah menjadi sang surya sepanjang masa.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun