Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Artikel Sri Patmi: Lompatan Kuantum Manusia Sisa Pandemi

5 Desember 2020   19:47 Diperbarui: 5 Desember 2020   19:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disela-sela keriuhan berita tentang meningkatnya penderita COVID-19, ternyata masih saja ada rasa peduli manusia terhadap sesama manusia yang lain. Disaat semuanya telah dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan hingga pada akhirnya mereka merasakan manfaatnya bagi diri sendiri. 

Awalnya mungkin kita tak bergeming ketika isu kebersihan hanya menjadi jargon yang dipasang pada papan untuk sekedar mengingatkan. Sekarang, sedikit-sedikit manusia harus mencuci tangan. Bersin, memegang mata, hidung, mulut, harus memperhatikan etika kebersihan dan etika kesopanan. 

Bukan masalah apa-apa, hal yang aneh sekarang sedang melanda adalah bersin di kereta commuter diperhatikan penumpang lainnya. Hingga terkadang batuk saja harus ditahan sampai beberapa waktu.

Untuk kita semua yang sudah tidak sabar ingin terlepas dari belenggu COVID-19 sudah sebaiknya mengambil dan menyerap semua unsur kebaikan didalamnya. Mengeluh saja tidak cukup menyelesaikan masalah. 

Tetapi bersikap lebih baik agar kita siap untuk menghadapi kehidupan pasca pandemi. Banyak alternatif upaya yang dilakukan oleh manusia untuk tidak terus menadah kepada lingkungan bekerja. 

Mereka memanfaatkan sela-sela waktu kosong untuk berjualan atau menjadi wirausaha dadakan. Platform media online sekarang dipergunakan secara massif. 

Bagaimana tidak, setiap waktu kemana-mana kita selalu membawa gawai canggih yang dilengkapi berbagai fitur. Mereka yang dipecat, PHK, resign untuk memulai kehidupannya yang baru.

Tentunya banyak suka duka dan pengalaman manis pahit dalam hidup ini. Semuanya menjadikan manusia lebih menghargai diri mereka masing-masing. Bertahun-tahun bekerja di perusahaan hanya tak pandai menabung, hingga saat PHK pun tak memiliki tabungan. 

Seperti buah simalakama, perusahaan dalam kondisi seperti ini akan mencari alternatif pula untuk menyelamatkan perekonomiannya. Alih-alih kondisi global saat ini juga tidak mampu memberikan pesangon apalagi tabungan untuk melanjutkan hidup bagi karyawan. 

Tua muda pada akhirnya harus mampu menimbang tentang keberhargaan diri dalam suatu perusahaan. Proses seleksi alam terjadi dimana-mana. Manusia yang sudah tua dianggap tidak produktif digantikan dengan yang muda dan kompetitif dalam hal gaji dan lain-lain.

Dalam kondisi seperti ini, jangan merasa jiper atau dianggap tidak berharga lagi. Bumi sudah tua untuk menampung keluhan sederhana seperti itu. Kasihan dia yang sudah tergopoh-gopoh menyangga dunia di sisa waktunya yang tak seberapa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun