Mohon tunggu...
Sri Nuryati
Sri Nuryati Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah guru Sekolah Dasar Negeri di kota Bandar Lampung, Mengajar di kelas tinggi . Selalu ingin belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan kompetensi diri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Sudah Tidak Muda Lagi

27 Desember 2023   22:00 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:15 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Assalammualaikum " sambil kuketuk pintu rumah sepulangnya aku dari mengajar, kubuka pintu perlahan dan masuk kedalam rumah karena pintu tidak dikunci. Kulihat ibuku tertidur didepan televisi, aku segera menuju kamar untuk ganti baju dan mungkin karena lelah akupun tertidur. Hari menjelang sore ketika aku terbangun dan kulihat ibuku menonton televisi.

" Nonton acara apa mak ? " tanyaku. Kutunggu jawaban ibuku yang diam saja , kufikir pertanyaanku tidak terdengar jadi kuulang sekali lagi.

" Nonton acara apa mak ?" dia tetap fokus menonton televisi dan tetap tidak menjawab pertanyaanku , rupanya dia marah padaku ( ngambek ) dan aku tetap saja bertanya walaupun ibuku masih marah .

" mak mau makan apa ?'

" mak mau beli apa ? "

" mak mau dibuatin apa ?"

Tetap saja tidak dijawab sampai besok pagi ketika aku mau berangkat mengajar. Tapi aku mencari cara hari ini supaya ibu tidak marah lagi . Saat pulang mengajar  aku membeli Nasi Ayam bakar , buah dan roti . Aku berharap apa yang aku bawa bisa membuat marahnya reda..Sampai dirumah seperti biasa kudekati ibuku walaupun aku tahu pasti masih marah,

" mak ini ada nasi dan kue , makan yuk ! " ajakku , tetapi ibuku masih tetap diam. Mungkin masih marah padaku jadi makanan yang aku bawa kuletakkan didepan Televisi. Biarlah fikirku  nanti kalo beliau mau pasti akan dimakannya . Aku masuk kekamar ganti baju lalu merebahkan diri sebentar. Ingatanku kembali dimasa muda ibuku yang begitu gagah mencari uang untuk keperluan makan dan sekolah dari tujuh orang anaknya. Bapakku sudah meninggal karena sakit komplikasi, ibuku adalah wanita yang luar biasa membesarkan kami , menyekolahkan kami walaupun himpitan ekonomi yang sangat kekurangan pada saat itu.

Air mataku mengalir membasahi bantal , aku saksi dari ibuku bahwa perjuangannya untuk kami pasti karena Allah . Ibu memilih kembali kekampung halamannya untuk berkebun kopi , jagung , cabai karena tinggal disini sudah tidak ada pengharapan lagi untuk menghasilkan uang yang cukup untuk biaya sekolah kami. Walaupun beliau pulang kekampung halaman untuk berkebun , kami anak anaknya tetap disini bersekolah sampai lulus sekolah menengah atas. Kuhapus air mataku dan kutarik nafas panjang , saat ini ibuku sudah tidak muda lagi kulitnya yang keriput , dua matanya yang terkena katarak , dan jalannya yang tertatih- tatih tidak boleh membuatku kesal .

Aku jadi guru saat ini, karena dimasa mudanya dia membiarkan anak - anaknya bersekolah bukan kembali kekampung halaman dan berkebun bersamanya. Dia ibu hebatku " Cinta Pertamaku Didunia ".

Keesokan paginya ketika aku mau berangkat sekolah , beliau bilang :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun