Mohon tunggu...
Sri Nurhidayah
Sri Nurhidayah Mohon Tunggu... -

Seorang ibu dengan 2 orang anak, sedang belajar menulis dan mencintai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saatnya Guru Ikut Pemberantasan Korupsi

4 Mei 2014   04:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak mudah memberantas korupsi di Indonesia. Sudah banyak usaha dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk pemerintah, inisiasi masyarakat penggiat anti korupsi seperti ICW (Indonesian Corruption Watch), FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran), atau PUKAT (Pusat Kajian Anti Korupsi), juga individu-individu yang banyak menulis buku-buku dengan ruh anti korupsi. Secara kasat mata seluruh komponen bangsa ini menyepakati bahwa korupsi adalah musuh bersama, bahaya laten bagi Indonesia tercinta. Namun upaya pemberantasan korupsi seperti jalan di tempat. Indeks Persepsi Korupsi yang diterbitkan Transparency International setiap tahunnya, menempatkan kita jauh di urutan bawah. Dari ranking 88 di tahun 2000 Indonesia terus turun ke ranking di atas 130-an dari 163 negara (lihat lebih lanjut di http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Persepsi_Korupsi).

Dibutuhkan sebuah terobosan cepat untuk pengobatan korupsi yang sudah mengakar. Dari berbagai berita tentang korupsi, ada satu hal penting yang senantiasa melekat di para pelaku korupsi. Semua pelaku korupsi memberikan uang hasil korupsinya untuk orang-orang yang mereka cintai, diantaranya adalah istri dan anak-anak mereka. Perilaku ini dapat menjadi kesempatan para pendidik (guru) untuk dengan cepat membantu mengurangi korupsi. Anak-anak adalah para siswa di sekolah....

Ada beberapa kunci, yang bisa diajarkan kepada para siswa untuk memerangi korupsi di lingkungan mereka (keluarga). Beberapa ketrampilan yang dapat diajarkan sebagai sebuah kebiasaan, sehingga melekat di perilaku siswa adalah:


  1. Keterbukaan komunikasi dengan orang tua

    Setiap keluarga memiliki kekhasan komunikasi sendiri. Ada keluarga yang memiliki waktu ideal, berdiskusi setelah sholat berjamaah, memanfaatkan momen makan malam atau saat menonton TV bersama. Namun tidak sedikit yang menggunakan grup WA karena kesulitan mencocokan waktu. Banyak pula keluarga yang jarang bercakap-cakap bersama...

    Para guru dapat membuat sebuah skenario untuk berbicara pada orang tua. Tema Surat “Terima Kasih Tuhan, Ayahku bukan Koruptor” akan menjadi surat penting bagi para orang tua. Bagi para siswa, tugas menulis surat pada orang tua tentang kekhawatiran anak terhadap koruptor, yang tentu saja orang tua bagi anaknya, akan menjadi pintu pembuka komunikasi awal. Anak akan mengingatkan orang tuanya. Setiap orang tua pasti akan luluh hatinya jika yang meminta adalah anaknya, darah dagingnya sendiri....

  2. Keberanian mengambil keputusan

    Sejak kecil anak-anak yang hidup dengan berbagai fasilitas akan sulit hidup sederhana. Jargon sederhana akan membentuk karakter, sepertinya dilupakan para orang tua. Para guru harus segera mengambil kesempatan ini. Desain pembelajaran mengenai kesederhanaan hidup para tokoh akan menjadi hal yang melekat di hati para siswa. Kesederhanaan Bung Hatta, Agus Salim, Tan Malaka, Moh. Natsir, Polisi Hoegeng, dan Baharudin Lopa harus menjadi hal yang dipahami para siswa. Lima menit setiap hari cerita kesederhanaan para tokoh ini akan menginspirasi mereka. Merasakan ke sekolah memakai kemeja putih yang bernoda tinta di sakunya akan memberi sensasi pembelajaran tersendiri bagi siswa. Berbaju 'kotor' di antara baju wangi siswa lainnya...

    Bersepeda di panas terik, akan mengingatkan mereka pada banyak hal... Intinya pembelajaran-pembelajaran kecil untuk merasakan akan membuat para siswa berani mengambil keputusan untuk hidup sederhana. Untuk berani melepaskan fasilitas orang tua yang berasal dari dana tidak halal atau bahkan menolak fasilitas haram saat memiliki amanah jabatan di masa depan...

  3. Ketrampilan berwirausaha

    Keberanian menegakkan prinsip-prinsip kebenaran akan punah saat kebutuhan hidup layak tidak terpenuhi. Pengalaman menjadi pelaku usaha akan menjadi bekal penting bagi para siswa. Pekan kreatifitas siswa, bussines day, market day, adalah momen-momen penting bagi setiap siswa untuk mengasah ketrampilan wirausahanya. Proyek kelas sosial, mencari modal tanpa modal, yang dilakukan ibu guru Tri Artivining di sekolah SMART Ekselensia Indonesia menjadi contoh-contoh yang dapat dilakukan di berbagai sekolah.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun